sekolah masa depan

sekolah masa depan

Senin, 31 Mei 2010

Show di Hadapan Allah SWT

Memperlihatkan amal shalih di hadapan manusia (riya’) adalah syirik ashghor (syirik kecil). Dampaknya, amal shalih yang didasari dan ditujukan untuk riya’i ini, tidak akan diterima Allah swt.

Repotnya, pada diri dan jiwa manusia, ada kecenderungan untuk diperhatikan, dilihat, dan ditonjolkan kepada orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali rahimahuLlah.

Pertanyaannya, adakah Allah swt menuntut kita untuk melawan sesuatu yang sebenarnya ada di dalam jiwa kita? Atau lebih konkritnya: mungkinkah Allah swt melarang kita dari perbuatan riya’, sementara kecenderungan itu ada dan include dengan ciptaan manusia?

Allah swt -Yang Maha Pencipta (Al Khaliq)- adalah juga Yang Maha Mengetahui (Al ‘Aliim) dan juga Maha Bijaksana (Al Hakiim).

Pada saat Dia menciptakan manusia dengan include di dalamnya kecenderungan untuk dilihat kerja-kerjanya oleh orang lain, dikagumi dan diceritakan, Dia juga memberikan jalan keluar yang menjadi tempat tumpahan perasaan itu (perasaan senang dilihat dan didengar ceritanya oleh orang lain).

Demi terpenuhinya perasaan tersebut, Allah swt mengajarkan beberapa aqidah kepada kita, diantaranya:

1. Kita diajari, agar senantiasa merasa bahwa setiap ucapan yang meluncur dari mulut kita (QS Qaf [50]: 18), segala gerak gerik kita, senantiasa dicatat oleh malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah swt untuk hal ini (QS Al Infithar [82]: 11). Karenanya, pertunjukkanlah kepada para malaikat itu hal-hal yang baik-baik, agar saat malaikat itu melaporkanya kepada Allah, Dia menjadi ridha kepada kita.

2. Kita diajari, bahwa pada setiap harinya, Allah swt menurunkan malaikat-malaikat yang bertugas di siang hari, dan malaikat-malaikat yang bertugas di malam hari. Dan yang pernah bertugas, tidak akan turun lagi. Dua shiff malaikat ini bertemu pada waktu Ashar dan Shubuh. Tugas mereka adalah melaporkan hamba-hamba Allah dari kalangan manusia kepada-Nya (meskipun Allah swt telah mengetahui semuanya). Bila manusia-manusia itu didapatinya berada di masjid sedang melakukan shalat berjama’ah, maka saat para malaikat itu ditanya Allah: “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku saat engkau datang, dan saat engkau tinggalkan?”. Para malaikat itu akan menjawab: “Waktu kami datang, mereka sedang dalam keadaan shalat, dan waktu kami tinggalkan, merekapun sedang dalam keadaan shalat. Ketahuilah bahwa para malaikat itu hanya mendatangi masjid (termasuk mushalla tempat berjama’ah lima waktu), tidak tempat lainnya. Oleh karena ini, berusahalah agar setiap pelaksanaan waktu shalat berjama’ah, kita melakukannya di masjid, khususnya, jama’ah Ashar dan jama’ah Shubuh. Sebab, pada dua waktu ini, dua shiff malaikat sedang berkumpul, yang bertugas malam baru turun di waktu Ashar dan yang bertugas siang baru akan kembali kepada Allah, begitu juga sebaliknya. 1

3. Pada setiap Jum’at, Allah swt juga menugaskan malaikat-malaikat-Nya untuk “mengabsen” atau “mendata” siapa-siapa yang datang di masjid untuk shalat Jum’at. Mereka semua berjaga di setiap pintu masjid. Siapa saja yang datang pada saat pertama, ia akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan unta. Yang datang pada saat kedua akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan sapi. Yang datang pada saat ketiga, akan dicatat sebagai seseorang yang berkurban dengan kambing. Yang datang pada saat kelima akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan ayam. Dan yang datang pada saat kelima akan dicatat sebagai seseorang yang berkurban dengan telur. Lalu, setelah khatib naik mimbar, para malaikat itu memasuki masjid dan mendengarkan khutbah sang khatib. Karenanya, siapa saja yang datang pada saat khatib telah naik mimbar, ia tidak akan tercatat oleh para malaikat yang bertugas itu. 2

4. Berkenaan dengan Ramadhan, kita diperintahkan untuk memperlihatkan kepada Allah swt segala hal yang baik, dan kita akan dibangga-banggakan Allah swt di hadapan para malaikat-Nya. Karenanya, kita harus berkompetisi untuk show di hadapan Allah swt dengan amal-amal shalih kita. Rasulullah saw bersabda:

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan keberkahan, Allah swt memberikan kecukupan kepada kalian pada bulan ini, Dia menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a, Allah swt melihat kompetisi kalian, dan membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya, karenanya, tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang terbaik dari kalian, sebab, orang yang sengsara adalah yang terhalang dari rahmat Allah swt. (Al Haitsami berkata: “diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam al mu’jam al kabiir, dan di dalamnya ada Muhammad bin Abi Qais, dan saya tidak menemukan siapapun yang menjelaskan biografinya).

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah …

Target dari puasa adalah bertaqwa, dan bertaqwa adalah sebuah kondisi hati yang menjadikan kita sangat berhati-hati dalam menginjakkan kaki, agar tidak menginjak duri (demikian Ubay bin Ka’ab mengilustrasikannnya). Ketaqwaan seperti ini akan tumbuh dengan baik pada diri kita, manakala kita senantiasa merasakan para malaikat petugas-petugas Allah swt, dan merasakan adanya pengawasan (muroqobah) dari-Nya.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan, bulan berkah, bulan tanafus (kompetisi) dalam beramal shalih. Banyak peluang yang terbuka di hadapan kita, tinggal, bagaimana kita mendayagunakan peluang-peluang itu dengan sebaik-baiknya.

Dan tinggal satu hal lagi, dan ini yang paling penting, kita harus senantiasa memohon kepada Allah swt agar Dia senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan ‘inayah-Nya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi Ramadhan tahun ini dengan yang terbaik daripada tahun-tahun sebelumnya, amiiin.

Ya Allah, tolonglah saya untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan baik dalam beribadah kepada-Mu, amiiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar