sekolah masa depan

sekolah masa depan

Senin, 31 Mei 2010

Show di Hadapan Allah SWT

Memperlihatkan amal shalih di hadapan manusia (riya’) adalah syirik ashghor (syirik kecil). Dampaknya, amal shalih yang didasari dan ditujukan untuk riya’i ini, tidak akan diterima Allah swt.

Repotnya, pada diri dan jiwa manusia, ada kecenderungan untuk diperhatikan, dilihat, dan ditonjolkan kepada orang lain, sebagaimana dikatakan oleh Imam Al Ghazali rahimahuLlah.

Pertanyaannya, adakah Allah swt menuntut kita untuk melawan sesuatu yang sebenarnya ada di dalam jiwa kita? Atau lebih konkritnya: mungkinkah Allah swt melarang kita dari perbuatan riya’, sementara kecenderungan itu ada dan include dengan ciptaan manusia?

Allah swt -Yang Maha Pencipta (Al Khaliq)- adalah juga Yang Maha Mengetahui (Al ‘Aliim) dan juga Maha Bijaksana (Al Hakiim).

Pada saat Dia menciptakan manusia dengan include di dalamnya kecenderungan untuk dilihat kerja-kerjanya oleh orang lain, dikagumi dan diceritakan, Dia juga memberikan jalan keluar yang menjadi tempat tumpahan perasaan itu (perasaan senang dilihat dan didengar ceritanya oleh orang lain).

Demi terpenuhinya perasaan tersebut, Allah swt mengajarkan beberapa aqidah kepada kita, diantaranya:

1. Kita diajari, agar senantiasa merasa bahwa setiap ucapan yang meluncur dari mulut kita (QS Qaf [50]: 18), segala gerak gerik kita, senantiasa dicatat oleh malaikat-malaikat yang ditugaskan Allah swt untuk hal ini (QS Al Infithar [82]: 11). Karenanya, pertunjukkanlah kepada para malaikat itu hal-hal yang baik-baik, agar saat malaikat itu melaporkanya kepada Allah, Dia menjadi ridha kepada kita.

2. Kita diajari, bahwa pada setiap harinya, Allah swt menurunkan malaikat-malaikat yang bertugas di siang hari, dan malaikat-malaikat yang bertugas di malam hari. Dan yang pernah bertugas, tidak akan turun lagi. Dua shiff malaikat ini bertemu pada waktu Ashar dan Shubuh. Tugas mereka adalah melaporkan hamba-hamba Allah dari kalangan manusia kepada-Nya (meskipun Allah swt telah mengetahui semuanya). Bila manusia-manusia itu didapatinya berada di masjid sedang melakukan shalat berjama’ah, maka saat para malaikat itu ditanya Allah: “Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku saat engkau datang, dan saat engkau tinggalkan?”. Para malaikat itu akan menjawab: “Waktu kami datang, mereka sedang dalam keadaan shalat, dan waktu kami tinggalkan, merekapun sedang dalam keadaan shalat. Ketahuilah bahwa para malaikat itu hanya mendatangi masjid (termasuk mushalla tempat berjama’ah lima waktu), tidak tempat lainnya. Oleh karena ini, berusahalah agar setiap pelaksanaan waktu shalat berjama’ah, kita melakukannya di masjid, khususnya, jama’ah Ashar dan jama’ah Shubuh. Sebab, pada dua waktu ini, dua shiff malaikat sedang berkumpul, yang bertugas malam baru turun di waktu Ashar dan yang bertugas siang baru akan kembali kepada Allah, begitu juga sebaliknya. 1

3. Pada setiap Jum’at, Allah swt juga menugaskan malaikat-malaikat-Nya untuk “mengabsen” atau “mendata” siapa-siapa yang datang di masjid untuk shalat Jum’at. Mereka semua berjaga di setiap pintu masjid. Siapa saja yang datang pada saat pertama, ia akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan unta. Yang datang pada saat kedua akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan sapi. Yang datang pada saat ketiga, akan dicatat sebagai seseorang yang berkurban dengan kambing. Yang datang pada saat kelima akan dicatat sebagai orang yang berkurban dengan ayam. Dan yang datang pada saat kelima akan dicatat sebagai seseorang yang berkurban dengan telur. Lalu, setelah khatib naik mimbar, para malaikat itu memasuki masjid dan mendengarkan khutbah sang khatib. Karenanya, siapa saja yang datang pada saat khatib telah naik mimbar, ia tidak akan tercatat oleh para malaikat yang bertugas itu. 2

4. Berkenaan dengan Ramadhan, kita diperintahkan untuk memperlihatkan kepada Allah swt segala hal yang baik, dan kita akan dibangga-banggakan Allah swt di hadapan para malaikat-Nya. Karenanya, kita harus berkompetisi untuk show di hadapan Allah swt dengan amal-amal shalih kita. Rasulullah saw bersabda:

Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan keberkahan, Allah swt memberikan kecukupan kepada kalian pada bulan ini, Dia menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a, Allah swt melihat kompetisi kalian, dan membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya, karenanya, tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang terbaik dari kalian, sebab, orang yang sengsara adalah yang terhalang dari rahmat Allah swt. (Al Haitsami berkata: “diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam al mu’jam al kabiir, dan di dalamnya ada Muhammad bin Abi Qais, dan saya tidak menemukan siapapun yang menjelaskan biografinya).

Saudara-saudaraku yang dimulyakan Allah …

Target dari puasa adalah bertaqwa, dan bertaqwa adalah sebuah kondisi hati yang menjadikan kita sangat berhati-hati dalam menginjakkan kaki, agar tidak menginjak duri (demikian Ubay bin Ka’ab mengilustrasikannnya). Ketaqwaan seperti ini akan tumbuh dengan baik pada diri kita, manakala kita senantiasa merasakan para malaikat petugas-petugas Allah swt, dan merasakan adanya pengawasan (muroqobah) dari-Nya.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan, bulan berkah, bulan tanafus (kompetisi) dalam beramal shalih. Banyak peluang yang terbuka di hadapan kita, tinggal, bagaimana kita mendayagunakan peluang-peluang itu dengan sebaik-baiknya.

Dan tinggal satu hal lagi, dan ini yang paling penting, kita harus senantiasa memohon kepada Allah swt agar Dia senantiasa melimpahkan taufiq, hidayah dan ‘inayah-Nya kepada kita, sehingga kita mampu mengisi Ramadhan tahun ini dengan yang terbaik daripada tahun-tahun sebelumnya, amiiin.

Ya Allah, tolonglah saya untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu dan baik dalam beribadah kepada-Mu, amiiin

Ukurlah dengan Iman….

“Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku ada dalam jiwaku, Jika mereka memenjarakanku maka itu adalah masa penyepianku dengan Tuhanku. Jika mereka mengasingkanku ke suatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikanku sebagai syahid. ” (Ibnu Taimiyah)

Bagaimana seseorang mengarungi hidup jika tanpa iman? Kesibukan, bagi orang yang tak memiliki iman, adaIah menapaki keinginan yang tak pernah selesai. Menjalani waktu, sejak pagi, siang, petang, malam hingga bertemu pagi kembali, bagi orang yang tak memiliki iman, adalah ibarat mengarungi belantara hutan yang tak pernah ada ujungnya, atau menyeberangi lautan luas yang tak pernah bertepi. Mereka terus bergelut dengan ambisi, memenuhi keinginan nafsu, sementara itu semua tidak pernah membuat lapar dan dahaganya berkurang.

Wajar, jika tak sedikit orang yang merasa lelah menjalani hidup. Ya, mereka lelah karena ternyata seluruh keringat, pikiran dan usahanya tak pernah membuatnya merasa cukup. Semakin banyak usaha yang diperoleh, semakin tinggi tuntutan untuk memperoleh yang lebih banyak. Peluh yang menetes temyata hanya memberi kepuasan yang makin membakar nafsu untuk mendapatkan yang lebih besar. Lalu setelah itu, jatuh bangun lagi, bertarung demi ambisi lagi, mengejar dan memenuhi nafsu lagi, untuk keinginan yang tak ada habisnya.

Saudaraku, Semoga kita semakin memahami, bahwa ada banyak keinginan yang temyata tidak baik untuk kita sendiri. Perhatikanlah bagaimana ungkapan seorang sahabat mulia, Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu, “Sesungguhnya ada seorang hamba yang sangat terobsesi mencapai sesuatu, baik masalah bisnis maupun kekuasaan. Dan sebenarnya ia dimudahkan untuk mencapai keinginannya itu. Tapi Allah melihatnya, lalu berkata pada para Malaikat-Nya, ‘Hindari dia dari apa yang diinginkannya itu. Karena sesungguhnya jika Aku mudahkan dia memperoleh keinginannya, mala ia akan masuk neraka.’ Maka orang itu pun dihindari oleh Allah dari apa yang diinginkannya. Selanjutnya, orang tersebut menduga-duga dengan mengatakan, ‘Kenapa fulan lebih berhasil dariku, kenapa fulan lebih unggul dariku. Padahal apa yang terjadi itu tidak lain hanya karunia Allah swt belaka.” (Nurul Iqtibas, 49)

Imanlah yang menyelamatkan kita dari dinarnika hidup yang melelahkan itu. Imanlah yang selalu memberikan kesegaran baru. Iman yang memberi pencerahan batin yang membuat kita selalu prima menghadapi badai apapun dalam hidup. Andai seorang hamba selalu mengembalikan segala masalah pada hakikat keimanan, niscaya ia yakin bahwa Allah tidak pemah menetapkan sesuatu kecuali kebaikan. Meskipun kebaikan itu tidak ia sadari.

Saudaraku, Pikiran kita seringkali tak mampu membaca langsung kebaikan-kebaikan Allah. Mungkin karena hati kita yang kerap tidak bersinar. Pergulatan hidup, sentuhan urusan dunia menyebabkan hati seseorang terselubung oleh suasana pekat. Itulah yang pernah digambarkan oleh Rasulullah saw pada kita, “Tidaklah hati seseorang itu kecuali ia mengalarni kondisi seperti awan dan bulan. Jika hati terdominasi oleh awan, maka hati akan menjadi gelap. Tapi bila awan itu menyingkir maka hati akan menjadi terang.” (HR. Thabrani dalam hadits shahih).

Begitulah, hati yang terkadang tertutup oleh awan, akan terhijab cahayanya lalu menjadi temaram. Jika kita berupaya menambah keimanan dalam hati dengan memperbanyak amal shalih dan meminta pertolongan Allah untuk menyingkapkan awan itu, maka hati kita akan bercahaya lagi.

Karenanya saudaraku, Sadarilah kapan saat-saat awan kelabu itu mulai menyelimuti hati. Waspadailah ketika hati mulai terasa redup dan tak tersinari oleh cahaya. Seperti yang disebutkan dalam perkataan salafushalih, “Termasuk kecerdasan seorang hamba adalah, jika ia menyadari kondisi imannya dan apa-apa yang kurang darinya.”

Ada pula para salafushalih yang mengatakan bahwa termasuk kecerdasan seorang hamba adalah, “Jika ia mengetahui dari mana datangnya bisikan-bisikan syaitan pada hatinya.”

Kembalilah pada iman, maka semua keinginan kita akan terwujud. Keinginan yang tidak dibatasi oleh target, angka atau hasil yang bisa diraba. Karena keinginan tak pemah selesai oleh target, angka dan hasil-hasil itu. Tapi keimanan akan memberi semua harapan, melalui ketenangan, ketentraman hati dan kepuasan. ltulah yang kita cari.

Imam Ibnul Jauzi mengatakan, “Wahai orang yang ditolak dari pintu. Wahai orang yang terhalangi menemui kekasihnya. Jika engkau ingin mengetahui kedudukanmu di sisi raja. Lihatlah sarana apa yang bisa membantumu untuk mengetahui posisimu di sisi sang raja. Lihatlah pekerjaan apa yang menyibukkanmu. Betapa banyak orang yang berdiri di depan pintu istana raja. Tapi tak satupun yang dapat masuk dan berhadapan dengan raja kecuali orang-orang yang memang telah dipilih oleh sang raja. Tak seluruh hati bisa mendekat. Tak semua jiwa menyimpan rasa cinta.”

Seorang ulama menjelaskan makna perkataan Ibnul Jauzi ini. Ia mengatakan bahwa jika seseorang ingin tahu di mana posisinya di hadapan Allah, bercerminlah pada amal-amal yang menyibukkannya. “Jika ia sibuk dengan dakwah dan berbagai masalahnya, jika ia sibuk menyelamatkan umat manusia dari neraka, jika ia sibuk melakukan pekerjaan untuk memperoleh kemenangan di surga, menolong yang lemah dan orang yang membutuhkan, maka bergembiralah karena semoga ia mempunyai kedudukan yang dekat dengan Allah. Beritakanlah kabar gembira bahwa Allah tidak akan memberikan kebaikan kecuali pada orang yang Ia cintai. Tapi jika ia dia berpaling dari dakwah, berpaling dari para juru dakwah, berpaling dari melakukan kebaikan, sibuk dengan dunia dan mengumpulkan harta benda, sibuk dengan banyak bertanya tapi sedikit beramal, sibuk dengan mengikuti hawa dan nafsu, ketahuilah bahwa ia jauh dari Allah.”

Saudaraku, Lihatlah apa sarana yang bisa mendekatkan kita pada Allah? Dan apa pekerjaan yang menyibukkan kita? Allah akan memilih orang-orang yang bisa menempuh sarana yang mendekatkan diri kita pada-Nya dan menyibukkan diri untuk menjalani perintah-Nya. Mari mengukur segala keadaan dengan iman.

Mari kembalikan semua keinginan pada keimanan. Mari melihat peristiwa hidup apa saja dengan kaca mata iman, Ibnu Taimiyah mengatakan, “Apa yang dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku ada dalam jiwaku, Jika mereka memenjarakanku maka itu adalah masa penyepianku dengan Tuhanku. Jika mereka mengasingkanku ke suatu tempat yang jauh maka itu adalah masa pengembaraan bagiku. Jika mereka membunuhku, itu adalah kematian yang semoga menjadikanku sebagai syahid.”

Saudaraku,
Adakah kekecewaan, kekhawatiran, kegelisahan dan ketakutan di sana?

Sebuah Do’a dahsyat

Ya ALLAH, berikan taqwa kepada jiwa-jiwa kami dan sucikan dia.
Engkaulah sebaik-baik yang, mensucikannya.
Engkau pencipta dan pelindungnya.

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami.
Rukunkan antar hati kami Tunjuki kami jalan keselamatan.
Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang.
Jadikan kumpulan kami jama’ah orang muda yang menghormati orang tua.
Dan jama’ah orang tua yang menyayangi orang muda.
Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman.
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar.
Wahai yang menyambung segala yang patah.
Wahai yang menemani semua yang tersendiri.
Wahai pengaman segala yang takut.
Wahai penguat segala yang lemah.
Mudah bagimu memudahkan segala yang susah.
Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran.
Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak.
Engkau Maha Tahu dan melihatnya.

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu.
Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu.
Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur.
Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus.
Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami.
Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami.
Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara.
Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana pada kami.
“ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih”

Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu.
Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu.
Berlaku pasti atas kami hukum-Mu.
Adil pasti atas kami keputusan-Mu.

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu.
Dengan semua nama yang jadi milik-Mu.
Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu.
Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu.
Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu.
Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib.
Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur’an yang agung.
Sebagai musim bunga hati kami
Cahaya hati kami.
Pelipur sedih dan duka kami.
Pencerah mata kami.

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia.
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir’aun dan laut yang mengancam nyawa
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka
Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan
Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya
Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya
Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara

Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa
Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia
Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka
Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami
Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami.
Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri.
Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti. Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu.
Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab.
Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku.
Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan.
Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera.
Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da’i penyeru iman.
Kepada nenek moyang kami penyembah berhala.
Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da’wah.
Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran.
Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini.
Kepada generasi berikut kami
Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini.
Dengan sikap malas dan enggan berda’wah.
Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa

Izinkan kami menata taman indonesia

“Sejarah adalah catatan statistik

tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki, dan ketajaman akal.”

(Malik Bin Nabi, Ta`ammulat; 35)




Ledakan Energi Peradaban

Empat syuhada berangkat pada suatu malam,

gerimis air mata tertahan di hari keesokan,

telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan,

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri,

mengukir reformasi karena jemu deformasi,

dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu.
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu.

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri,

karena kalian berani mengukir alfabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,

Merah Putih yang setengah tiang ini,merunduk di bawah garang matahari,

tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi.

Tapi peluru logam telah kami patahkan alam doa bersama,

dan kalian pahlawan bersih dari dendam,

karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.
(Taufik Ismail, 1998)

Begitulah Taufik Ismail lewat sajak berjudul 12 Mei 1998 mengabadikan kepahlawanan empat mahasiswa Trisakti yang gugur diterjang peluru kediktatoran rezim Orde Baru; Elang Mulyana, Hery Hartanto, Hendriawan Lesmana, dan Hafidin Royan. Mereka adalah sebagian dari pelaku baru sejarah Indonesia dan sekaligus fajar yang menandai lahirnya generasi baru, generasi 1998.

Ibu pertiwi seperti menepati janjinya. Janji untuk melahirkan anak-anak yang setia pada cita-cita luhurnya; anak-anak yang membawa keberanian ditengah ketakutan, mengibarkan bendera perlawanan terhadap penindasan, memekikkan gaung pembelaan di tengah pengkhianatan; anak-anak yang memberikan darahnya dengan tulus sebagai mahar untuk kebebasan dan keadilan; anak-anak yang meninggalkan kenikmatan masa mudanya dengan penuh cinta untuk hidup dalam debu dan deru jalanan, bahkan menyerahkan hidupnya agar bangsa ini bisa hidup dengan cara yang lebih baik.

Maka sejarah panjang bangsa ini, setidak-tidaknya dalam hitungan abad ini, ditandai dengan kelahiran generasi demi generasi pada setiap persimpangan sejarah. Jika generasi 98 berhasil menumbangkan Orde Baru, maka generasi 66 berhasil mengakhiri Orde Lama. Dalam (puisi) “Sebuah Jaket Berlumur Darah” Taufik Ismail melukiskan suasana kepahlawanan itu:

Sebuah jaket berlumur darah
kami semua sudah menatapmu
telah berbagi duka yang agung dalam kepedihan bertahun-tahun.

Begitu kita menyusuri sejarah bangsa ini lebih jauh, kita akan bertemu dengan generasi 45 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan. Dan lebih jauh ke belakang, ada generasi 28 yang mempelopori persatuan nasional dalam simbol tanah air, kebangsaan dan bahasa persatuan melalui Sumpah Pemuda. Lebih jauh lagi, kita akan bertemu dengan generasi 1900-an yang mempelopori kebangkitan nasional. Semua angkatan itu lahir silih berganti sampai datang angkatan 1998. Dan mereka lahir pada titik persimpangan sejarah dan memberi arah bagi perjalanan bangsa kita. Mereka selalu muncul sebagai pelopor, menghentikan kesunyian sejarah dan mengobarkan api kehidupan.

Abad 20, dalam perspektif bangsa kita, sesungguhnya adalah sejarah anak-anak muda. Tapi itu bukan hanya milik Indonesia. Tanggal 23 Oktober 1956 Revolusi Hongaria meletus di tangan para pemuda dan mahasiswa yang menentang pendudukan Uni Soviet dan pemerintahan boneka. Para pemuda dan mahasiswa bahkan mempelopori perlawanan terhadap negara adi kuasa itu di seantero kawasan Eropa Timur.

Eropa Barat juga menyaksikan gelombang gerakan pemuda dan mahasiswa sepanjang tahun 60-an; gerakan mahasiswa di Perancis meledakkan Krisis 22 Mei 1968, mahasiswa Spanyol bangkit menentang diktator Jendral Franco pada 1965. Hal yang sama juga terjadi di Italia, Belgia dan negara Eropa lainnya.

Di dunia Islam, baik di kawasan Asia dan Afrika, para mahasiswa dan pemuda bangkit mempelopori perlawanan terhadap para penjajah di sepanjang paruh pertama abad 20 sampai tahun 70-an. Para pemudalah yang terlibat dalam Revolusi Aljazair 1954 yang mengenyahkan Prancis dari tanah itu. Para pemuda dan mahasiwa juga berhasil mengusir Inggris dari Mesir. Dan sekarang, sejak 1987 hingga sekarang, anak-anak muda bahkan yang masih bocah, telah meletuskan Intifadhah melawan penjajah Israel di Palestina.

Anak-anak muda melemparkan batu melawan serdadu Israel yang bersenjata lengkap sambil menyenandungkan syair Hasyim Al-Rifa’i:

Itulah syurga yang menuntut harga
Hanya dari urat nadi para syuhada

Anak-anak muda selamanya adalah energi peradaban yang mengalirkan sungai sejarah. Setiap kali energi itu meledak, maka sejarah segera mencatat peristiwa-peristiwa dan langit menjadi saksi. Sebuah lembaran kehidupan baru dari buku sejarah manusia telah dibuka. Dan sejarah, kata Malik Bin Nabi, adalah catatan statistik tentang denyut hati, gerak tangan, langkah kaki dan ketajaman akal.

Anak-anak yang Gelisah

Sejarah anak-anak muda adalah sejarah perlawanan dan pembelaan. Sebelum kemerdekaan anak-anak muda Indonesia bangkit menyatukan bangsa dan melawan penjajah serta merebut kemerdekaan. Tapi setelah merdeka mereka bangkit melawan penguasa tiran dan diktator serta membela rakyat dari penindasan sosial, ekonomi dan politik.

Adalah bagian dari keunikan abad ini, Allah swt menakdirkan para penguasa tiran dan diktator lahir pada waktu yang hampir bersamaan. Ketika tirani Soekarno merajalela di Indonesia, maka di Yugoslavia ada Tito dan di Mesir ada Nasser. Ketika kediktatoran Soeharto membungkam rakyat Indonesia, maka di Libya ada Khadafi, di Irak ada Saddam, di Syiria ada Asad, dan di Iran ada Pahlevi. DI abad ini pula lahir Hitler, Stalin dan Mossoulini. Jangan lupa, di abad ini pula dunia terlibat dalam dua kali perang akbar, Dunia I dan II, pada 1914 dan 1942.

Perlawanan dan pembelaan adalah energi peradaban. Dan energi itu lahir dari kegelisahan. Tapi dari manakah kegelisahan itu tercipta? Dari idealisme yang terpasung di alam kenyataan. Maka setiap kali janji kemakmuran terpasung dalam krisis ekonomi yang menyengsarakan rakyat, atau suara keadilan terbungkam dalam tirani kekuasaan, atau kebebasan ditindas oleh kediktatoran, setiap kali itu pula ada kegelisahan yang meresahkan jiwa anak-anak muda dan mencaut semua kenyamanan hidup mereka. Maka mereka bergerak dan segera berdiri di garis depan menyambut penggilan sejarah. Tapi anak muda macam manakah mereka? “Mereka adalah anak-anak muda yang telah beriman kepada Tuhan mereka, lalu Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. Al-Kahfi:13)

Demikianlah. Kegelisahan menjadi isyarat dari anak-anak peristiwa yang akan lahir dari rahim sejarah. Kegelisahan memberi energi. Dan energi itu tumpah ruah dalam semangat perlawanan dan pembelaan. Maka, ada peristiwa ada sejarah. Tapi ada satu fenomena yang jarang kita perhatikan dalam langkah sejarah, bahwa gerakan-gerakan pemuda seringkali dimatikan oleh orang-orang yang mencetuskannya pertama kali. Lihat Soekarno dan Soeharto.

Saatnya Kaum Muda Bangit Kembali

Kini, kita tengah berada di persimpangan sejarah. Generasi 98 telah menjalankan tugasnya. Mereka telah berhasil menumbangkan rezim Orde Baru dan mengatar sejumlah elit politik baru ke panggung sejarah Indonesia. Tapi tugas belum betul-betul tuntas. Tahun ini kita memperingati Sumpah Pemuda dengan kenyamanan yang terampas, sebab ada kegeliasahan baru, sebab ada idelisme yang terpasung di alam kenyataan, sebab cita-cita reformasi seperti hilang lenyap dalam retorika politik.

Masa transisi yang tengah kita alami ini boleh jadi merupakan awal dari bencana besar yang mungkin akan menimpa bangsa kita di masa depan. Sebab `humor-humor’ pemimpin kita ?Abdurahman Wahid? ternyata gagal membuat bangsa ini menjadi cepat tersenyum. Apalagi tertawa. `Humor-humor’ itu untuk sebagiannya, bahkan terasa mengerikan. Seperti ketika arogansi berhadap-hadapan dengan kenyataan bahwa negara kita sedang menghampiri kebangkrutannya, seperti ketika semangat memberantas KKN berhadap-hadapan dengan semangat balas dendam atas kemiskinan masa lalu. Seperti ketika demokrasi dan keterbukaan serta dialog berhadap-hadapan dengan semangat balas dendam atas marginlisasi politik masa lalu.
Pemerintahan Abdurahman Wahid sekarang, menurut saya, tidak akan mungkin bisa menegakkan hukum dengan baik. Karena; pertama, dia membawa dendam masa lalu, baik dendam atas kemiskinan atau dendam atas marginalisasi politik di masa lalu. Itu tidak mungkin, dan lebih parah lagi dia memang tidak mau. Kita tidak bisa berharap dari pemimpin yang `nervous’ di depan kekuasaan dan uang.
Ada masalah dalam bangsa kita, pertama dalam hal konsistensi yakni masalah penyimpangan di ujung jalan atau di tengah jalan. Pemimpin yang diasumsikan lurus ternyata membuyarkan seluruh harapan masyarakat. Itu juga yang mungkin terjadi sekarang. Mereka yang meretas jalan, tapi mereka pula yang merubuhkan panggungnya sendiri. Begitu seterusnya. Maka sudah saatnya kita berfikir bahwa kita yang meretas jalan, kita juga yang akan mengisi panggung itu seterusnya.

Kedua, rakyat ini tidak punya firasat. Ketika kita mencalonkan seorang, atau setidak-tidaknya menitipkan harapan pada seorang calon pemimpin, kita tidak mempunyai firasat tentang orang itu, bahwa orang itu bisa jadi gagal mengantar bangsa untuk menyelesaikan sebagian dari persoalan selama ini. Jadi terlepas dari perhitungan-perhitungan politik, pada dasarnya semua akan tergantung pada firasat kita terhadap seseorang. Dan kalau rakyat tidak mempunyai firasat tentang orang yang dicalonkannya, itu berarti mereka tidak mengenal dirinya sendiri. Dan ini berhubungan dengan hadits Nabi, “Kalau Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan mengangkat orang yang terbaik dari kaum itu sebagai pemimpin mereka, dan kalau Allah membenci suatu kaum maka Dia akan mengangkat orang yang terjahat menjadi pemimpin kaum itu.”
Kita, anak-anak muda yang telah menunaikan sebagian dari tugas sejarah, sekarang harus segera kembali mengkonsolidasikan diri, mencabut harapan pada pemerintahan ini, dan segera mematangkan diri secara dini, kemudian berkata dengan yakin kepada bangsa ini:

Tuntaskan reformasi
Percepat alih generasi
Dan pertahankan keutuhan Indonesia
.

Mungkin memang harus begini kejadiannya. Bahwa sejarah menghendaki kita melangkah lebih cepat untuk menyelamatkan bangsa ini. Kita harus kembali penuhi jalan-jalan. Tanpa mengurangi rasa hormat, barangkali merupakan dosa untuk terus mempercayai tugas sejarah ini kepada orang-orang tua kita sekarang. Perubahan-perubahan besar dalam sejarah pada mulanya tampak seperti kabut yang menghalangi cahaya matahari turun ke bumi. Itu yang membuat banyak orang ragu-ragu untuk melakukannya. Tetapi apabila masyarakat sudah mulai resah akibat lilitan berbagai macam problema, percayalah bahwa keresahan itu adalah awal dari ledakan energi peradaban.

Dulu Rasulullah bersabda: “Para pemuda bersekutu denganku dan orang-orang tua memusuhiku.”

Seperti sepotong sajak Taufik Ismail (1998) kepada mereka:

Seluruh jajaran aparat kenegaraan di atas umur tiga puluh

sudah bersedia berdiri ke pinggir secara menyeluruh.

Bangsa kini dipimpin oleh anak-anak muda yang sebenar bersih.

Kami muncul lewat tahun-tahun pengalaman yang sangat pedih


Ngapain saja kamu di bumi

Manusia dengan makhluk Allah lainnya sangat berbeda, apalagi manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lain, salah satunya manusia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk penciptaan, namun kemuliaan manusia bukan terletak pada penciptaannya yang baik, tapi tergantung pada; apakah dia bisa menjalankan tugas dan peran yang telah digariskan Allah atau tidak, bila tidak, maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka dengan segala kesengsaraannya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (QS 95:4-6).
Paling kurang, ada tiga tugas dan peran yang harus dimainkan oleh manusia dan sebagai seorang muslim, kita bukan hanya harus mengetahuinya, tapi menjalankannya dalam kehidupan ini agar kehidupan umat manusia bisa berjalan dengan baik dan menyenangkan.

1. BERIBADAH KEPADA ALLAH SWT

Beribadah kepada Allah Swt merupakan tugas pokok, bahkan satu-satunya tugas dalam kehidupan manusia sehingga apapun yang dilakukan oleh manusia dan sebagai apapun dia, seharusnya dijalani dalam kerangka ibadah kepada Allah Swt sebagaimana firman-Nya yang artinya: Dan Aku tidak menciptakan manusia kecuali supaya mereka menyembah-Ku (QS 51:56).

Agar segala yang kita lakukan bisa dikategorikan ke dalam ibadah kepada Allah Swt, maka paling tidak ada tiga kriteria yang harus kita penuhi.

Pertama, lakukan segala sesuatu dengan niat yang ikhlas karena Allah Swt. Keikhlasan merupakan salah satu kunci bagi diterimanya suatu amal oleh Allah Swt dan ini akan berdampak sangat positif bagi manusia yang melaksanakan suatu amal, karena meskipun apa yang harus dilaksanakannya itu berat, ia tidak merasakannya sebagai sesuatu yang berat, apalagi amal yang memang sudah ringan. Sebaliknya tanpa keikhlasan, amal yang ringan sekalipun akan terasa menjadi berat, apalagi amal yang jelas-jelas berat untuk dilaksanakan, tentu akan menjadi amal yang terasa sangat berat untuk mengamalkannya.

Kedua, lakukan segala sesuatu dengan cara yang benar, bukan membenarkan segala cara. sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt dan dicontohkan oleh Rasul-Nya. Manakala seorang muslim telah menjalankan segala sesuatu sesuai dengan ketentuan Allah Swt, maka tidak ada penyimpangan-penyimpangan dalam kehidupan ini yang membuat perjalanan hidup manusia menjadi sesuatu yang menyenangkan.

Ketiga, adalah lakukan segala sesuatu dengan tujuan mengharap ridha Allah Swt dan ini akan membuat manusia hanya punya satu kepentingan, yakni ridha-Nya. Bila ini yang terjadi, maka upaya menegakkan kebaikan dan kebenaran tidak akan menghadapi kesulitan, terutama kesulitan dari dalam diri para penegaknya, hal ini karena hambatan-hambatan itu seringkali terjadi karena manusia memiliki kepentingan-kepentingan lain yang justeru bertentangan dengan ridha Allah Swt.

2. KHALIFAH ALLAH DI MUKA BUMI

Nilai-nilai dan segala ketentuan yang berasal dari Allah Swt harus ditegakkan dalam kehidupan di dunia ini. Untuk menegakkannya, maka manusia diperankan oleh Allah Swt sebagai khalifah (wakil) Allah di muka bumi ini untuk menegakkan syariat-syariat-Nya, Allah Swt berfirman yang artinya: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi (QS 2:30).

Untuk bisa menjalankan fungsi khalifah, maka manusia harus menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta menyiarkan kebaikan dan kemaslahatan, ini merupakan perkara yang sangat mendasar untuk bisa diterapkan dan tanpa kebenaran, keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan, tidak mungkin tatanan kehidupan umat manusia bisa diwujudkan, karenanya ini menjadi persyaratan utama bagi manusia untuk menjalankan fungsi khalifah pada dirinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikajn kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat karena mereka melupakan hari perhitungan (QS shad:26).

Untuk bisa memperoleh kehidupan yang baik di dunia ini, salah satu yang menjadi penopang utamanya adalah penegakkan hukum secara adil sehingga siapapun yang bersalah akan dikenai hukuman sesuai dengan tingkat kesalahannya, karenanya hal ini merupakan sesuatu yang sangat ditekankan oleh Allah Swt kepada manusia sebagaimana terdapat dalam firman-Nya yang artinya: Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya menetapkannya dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat (QS 4:58).

Mengingat keadilan begitu penting bagi upaya mewujudkan kehidupan yang baik, kerharusan berlaku adil tetap ditegakkan meskipun kepada orang yang kita benci sehingga jangan sampai karena kebencian kita kepadanya, keadilan yang semestinya ia nikmati tidak bisa mereka peroleh. Manakala keadilan bisa ditegakkan, maka masyarakat yang bertaqwa kepada Allah Swt cepat atau lambat akan terwujud, Allah berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS 5:8).

3. MEMBANGUN PERADABAN

Kehidupan dan martabat manusia sangat berbeda dengan binatang. Binatang tidak memiliki peradaban sehingga betapa rendah derajat binatang itu. Adapun manusia, dicipta oleh Allah Swt untuk membangun dan menegakkan peradaban yang mulia, karenanya Allah Swt menetapkan manusia sebagai pemakmur bumi ini, Allah berfirman yang artinya: Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya (QS 11:61).

Untuk bisa membangun kehidupan yang beradab, ada lima pondasi masyarakat beradab yang harus diwujudkan dan diperjuangan pelestariannya, yaitu: Pertama, nilai-nilai agama Islam yang datang dari Allah Swt, Kedua, akal yang merupakan potensi besar untuk berpikir dan merenungkan segala sesuatu. Ketiga, harta yang harus dicari secara halal dan bukan menghalalkan segala cara. Keempat, kehormatan manusia dengan akhlaknya yang mulia yang harus dijaga dan dilestarikan. Dan Kelima, keturunan atau nasab manusia yang harus jelas sehingga dalam masalah hubungan seksual misalnya, manusia tidak akan melakukannya kepada sembarang orang.

Manakala manusia tidak mampu membangun peradaban sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah Swt, maka martabat manusia akan menjadi lebih rendah dari binatang, hal ini karena manusia bukan hanya memiliki potensi fisik yang sempuna dibanding binatang, juga manusia punya botensi berpikir dan mendapat bimbingan berupa wahyu dari Allah Swt yang diturunkan kepada para Nabi. Dalam kaitan kemungkinan manusia menjadi lebih rendah atau lebih sesat dari binatang, bahkan binatang ternak dikemukakan oleh Allah Swt dalam firman-Nya yang artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (QS 7:179).

Dari keterangan di atas menjadi jelas bagi kita bahwa kemuliaan manusia sangat tergantung pada, apakah ia bisa menjalankan tugas dan perannya dengan baik atau tidak, bila tidak, maka kemuliaannya sebagai manusia akan jatuh ke derajat yang serendah-rendah dan ia akan kembali kepada Allah dengan kehinaan yang sangat memalukan dan di akhirat, ia menjadi hamba Allah yang mengalami kerugiaan yang tidak terbayangkan.

Untukmu Kader Dakwah

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu,,

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah ~’Azza wajalla~ penolong tentaranya dan yang memuliakan agamanya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada uswah dan qudwah kita, panglima perang dan murobbi kita, nabi Muhammad ~Sholallahu ’alaihi wasalam~. Semoga salam-salamnya tercurah juga kepada keluarga, shohabat, mujahidin, sholihin dan ummatnya yang senantiasa istiqamah meneggakkan syariat-Nya dalam setiap nafas kehidupan, hingga yaumil akhir nanti, Amiin.

”Katakanlah, ”Ya Allah yang memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Ditangan Engkau-lah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukan malam kedalam siang dan Engkau masukkan siang kedalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup dan Engkau beri rizki kepada orang yang Engkau kehendaki tanpa hisab atau batas.” (Ali-Imran :26-27)

”Ya Allah, sesungguhya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan mahabbah (kecintaan) kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam menyeru da’wah dijalan-Mu dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu, maka kuatkanlah pertaliannya, Ya Allah. Kekalkanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah ia dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahanb tawakkal kepada-Mu, hidupkanlah dengan Ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesunguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong, Amiin.”

Ayyuhal ikhwah fillah…

Ada ungkapan indah yang pernah disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna pada ikhwah di Mesir. Waktu itu setelah beliau mengisi kajian rutin majelis Al-Ikhwan (setiap hari selasa), beliau memimpin sholat Isya. Ketika takbiratul ihram, beliau lama sekali. Setelah selesai sholat, beliau ditanya oleh ikhwah yang lain ; ”Ustadz, kenapa takbiratul ihram antum lama sekali?”. Beliau menjawab,” Ketika aku takbiratul ihram, terlintas dipikiranku tentang 40 shohabat yang mula-mula mendukung da’wah Rasulullah SAW, 40 shohabat inilah yang mewarnai manusia lainnya, sehingga jazirah Arab, Persia dan Romawi serta seluruh dunia pada umumnya tunduk dibawah kekuasaan islam berabad-abad lamanya, kini dihadapanku bukan 40 orang, akan tetapi 4000-5000 kader, seharusnya kita lebih bisa untuk untuk mewarnai manusia saat ini sehingga dunia kembali berjaya dibawah kekuasaan islam”.

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Jumlah kader da’wah di negeri ini bukan 40 orang atau 4000-5000 orang. Akan tetapi jumlah kita adalah ± 1.000.000 kader lebih. Jumlah ini sudah lebih dari cukup untuk mewarnai dan merubah negeri ini menjadi lebih baik. Dengan jumlah ini kita akan mewujudkan mimpi dan cita-cita besar kita di 2009. Dengan jumlah ini kita akan tumbuhkan Irodah Qowiyah dalam setiap dada-dada kita.

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Dalam kondisi sulit, diperang ahzab Rasulullah SAW menumbuhkan Irodah Qowiyyah para shahabatnya dengan mengungkapkan bahwa nanti dua adidaya besar, Persia dan Romawi akan ditaklukan oleh kaum muslimin dan tunduk dibawah kekuasaan islam. Dan hal ini benar-benar terwujud dimasa-masa berikutnya.

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Bukan tidak mungkin kita akan memimpin dan melayani negeri ini. Bukan tidak mungkin kita akan menjadikan warna islam menjadi warna yang dominan dalam kehidupan masyarakat kita. Semua akan menjadi mungkin. Bukankah kenyataan hari ini adalah mimpi kita pada hari-hari kemarin.

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Dalam sebuah petikan taujih/ceramah, ustadz Anis Matta (Ketua Tim Pemenang Pemilu Nasional) telah mengobarkan semangat dihadapan kader da’wah di negeri ini dengan mengatakan ;

”TAKDIR bukanlah sesuatu yang kita ciptakan, akan tetapi ia sesuatu yang ’ikut’ kita ciptakan. Antara kehendak yang kita harapkan bertemu dengan kehendak Allah. 2009 adalah tahun keajaiban bagi banyak orang. Banyak orang diluar PKS mengatakan 20% terlalu besar untuk PKS. Ikhwan di DPP bilang, ’Hanya keajaiban yang buat kita bisa dapat 20%’. Saya katakan, ’Maka keajaiban itu harus kita wujudkan 2009 nanti. Bahkan, kalau 20% itu keajaiban, maka kita ingin melampaui keajaiban itu. 20% adalah angka yang kita harus lampaui akhi..’

Kita adalah anak-anak muda. Anak-anak muda ada untuk menciptakan keajaiban. Partai ini bertugas untuk menciptakan keajaiban. 20% adalah tugas sejarah untuk kita. Umar Ibnu Khotthob pernah mengatakan, ’Setiap saya menghadapi masalah yang rumit, saya panggil anak muda’.

Kata kunci strategi pemenangan pemilu 2009 tidak perlu dihafal sebagaiman antum hafalkan al-fatihah, Hanya butuh keyakinan dan senyuman, kemudian rasakan aura kemenangan dan sebarkan itu kepadaa para kader da’wah”.

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Kita Harus Menang !!! Karena TIDAK ADA alasan untuk kalah dalam setiap pertempuran. Ketika kita TIDAK bergerak untuk berda’wah dan beramal (Berharakah Islamiyah), maka disitupulalah kita TELAH menyerahkan Amanah Allah ini (Da’wah ini) kepada orang lain. Sudikah kita menjadi Kafillah yang tergantikan???

Astaghfirullahal adhim…3x

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Kita Harus Menang !!! Karena TIDAK ADA alasan untuk kalah dalam setiap pertempuran. ”Selayaknya bagi jiwa-jiwa yang mengazzamkan dirinya dijalan ini, menjadikan da’wah sebagai laku utama, dialah visi, dialah misi, dialah obsesi, dialah yang mengelayuti disetiap desah nafas, dialah yang mengantarkan jiwa-jiwa ini kepada ridho dan maghfiroh Tuhannya kelak…”. Insya Allah...

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Kita Harus Menang !!! Karena TIDAK ADA alasan untuk kalah dalam setiap pertempuran. Ketika kita KALAH…berarti kita telah merelakan menyerahkan negeri ini kepada orang-orang yang tidak Allah ridhoi, kepada orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai laku utama, orang-orang yang haus akan kekusaan, orang-orang yang menjadikan dien ini sebagai senda gurau belaka, menjadikan dien ini sebagai permainan, orang-orang yang tidak amanah, orang-orang yang benci dengan alquran, orang-orang yang tidak menginginkan aturan Allah tegak dibumi ini. Sadarlah saudaraku…

Ayyuhal Ikhwah fillah…

Mari kita wujudkan mimpi besar da’wah di 2009 dengan umumud di’aayah. Meratanya pekerjaan da’wah pada seluruh kader. Tidak ada seorang kaderpun yang menganggur, yang tidak bekerja dalam mesin da’wah ini, yang tidak merekrut dan membina. Mari bersungguh-sungguh dalam kerja da’wah ini. Ambillah bagian menjadi pewaris Rasulullah SAW.

Ingat syurga akan menanti kita. Insya Allah…

”Subhaana rabbika rabbil izzati ’ammaa yashifuun, wasalamun ‘alal mursaliin. Walhamdulillahi rabbil ’aalamiin..”

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuhu…

Ditulis : Ahad, 19 Oktober 2008. Di markaz da’wah madani center, tempat peristirahatan sementara dikala sakit menemani, tetapi hamasah dan ruhiyah ini begitu tinggi. (masih pusing nich..tidur lagi ah!).

Ane ucapkan syukron jazakumullah khoiron katsiir kepada;

Ustadz Fadlyl Usman Baharun (Redaksi Majalah Tarbiyah), Ustadz Anis Matta, Lc (Ketua TPPN. ’Afwan jazilan ustadz..ane cuma jadi ”Cumi” nih..”Cuma Miscall” doank cz ane bingung mau ngomong apaan hatta ane nelfon, ane tsiqoh dengan antum deh walaupun terkadang suka ngebingungin, kata ustadz Nur Yasin, Lc; ”Lah..,saya sih udah tau..gaya-gayanya Anis Matta, namanya juga politisi dan da’i, pinter ngelees. Kader-kader ama antum mah kagak bisa ngikutin dia..Kagak ngerti” (Dengan bahasa Bekasinya). Tetap semangat ustadz!! Menang di 2009 insya Allah.), Akhina Indra Budi Legowo (Selamat atas kelahiran putra pertamanya, semoga menjadi anak yang sholeh, amiin.), Akh Tegu Julianto (Kakak kelas ane yang lagi sibuk ngurusin proyek Pertamina, ”Sssttt..jangan bilang-bilang yah..katanya uangnya mau dikumpulin..mau buat modal Nikah. Wakakakaka..Subhanallah !! Mantep dah..^_^), Akh Arizzka Januar (Syukron Jazakumulloh atas pinjeman motornya akhi, jangan kapok ya akh!! Kapan-kapan ane silaturrahim kerumah antum deh.), Akh Luthon Alfaridhu (Syukron Akhi..atas virus influenza-nya ane jadi pilek nich..n sekarang malah jadi batuk ditambah pusing..aduhai..) Al-Matsurat Sughra Hasan Al-Banna dan Special Buangetz kepada Tim Nasyid Izzatul Islam, IZZIS yang telah menemani ane dalam menulis taujih qiyadi ini. Dengan nasyid-nasyid yang semangat; – ”Cahaya Abadi”, ”Ayo Tegakkan Keadilan”, ”Barisan Mujahid”, ”Disini Aku Kembali” (Nasyid yang satu ini bener-bener bikin ane nangis. Hiks..hiks..hiks..T_T), ”Generasi Harapan”, ”Kami Harus Kembali” -, serta nasyid yang selalu membuat ane -nangis bombay- ”Robithah dan Sang Murrobi”-nya Shoutul Harakah yang mengingatkan kita akan sosok seorang ustadz yang sederhana, santun, ramah dan penuh dengan perhatian serta ketawadhuan. Beliau adalah Syaikut Tarbiyah Ustadz K.H Rahmat Abdullah, MA. Yang telah mengingatkan kita agar tetap menjaga Asholah da’wah ini.

Taujih Cerdas dan Mencerahkan (Anis Matta)

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ikhwah sekalian, sebelum saya memulai taujih ini. Saya pertama-tama ingin menyampaikan salam dari ikhwah kita semuanya di Kalimantan Timur. Karena saya baru saja mendarat dari Kalimantan Timur menjelang maghrib dan langsung ke tempat ini.

Walaupun di semua survey sebelumnya mereka hanya ditetapkan di nomor dua, tetapi Alhamdulillah dalam Pilkada kemarin mereka berhasil masuk di nomor satu (sementara). Cuma karena belum cukup 30%, maka harus bertarung lagi dalam putaran ke dua. Tapi kita berharap Insya Allah, gelombang kemenangan ini seperti gelombang yang tadi kita saksikan di sini yang sedang melanda lautan besar Indonesia.

Ikhwah sekalian, kalau hanya sekedar untuk mengantarkan 131 caleg ke kursi DPR-RI atau beberapa orang ke kursi Kabinet, lalu kita hadir dan menginap di sini berlelah-lelah, rasanya amal siyasiy itu terlalu sederhana. Kalau hanya untuk sekedar mendapatkan kebanggaan sejarah, karena kita memenangkan pemilu 2004 dan akan memenangkan pemilu 2009, rasanya kelelahan-kelelahan kita ini menjadi pekerjaan yang terlalu sederhana. Kita perlu menegaskan ini semuanya, karena pada dasarnya tujuan kita -ikhwah sekalian- jauh lebih suci, jauh lebih mulia dan jauh lebih besar dari pada sekedar itu semuanya.

Kita ingin memenangkan pemilu ini karena merupakan bagian dari tahqiqul ‘ubudiyah, cara kita merealisasikan ibadah kepada Allah SWT. Dan bagian yang paling penting dari tahqiqul ‘ubudiyah itu adalah tahqiqul muradillah, merealisasikan kehendak-kehendak Allah SWT dimuka bumi ini. Dan kehendak-kehendak Allah itu -ikhwah sekalian- secara eksplisit dinyatakan dalam apa yang disebut oleh ulama-ulama sebagai maqashidu syari’ah, tujuan-tujuan dasar syari’at itu diturunkan. Mulai dari menjaga nyawa, menjaga harta, menjaga kehormatan, menjaga akal. Semua itu merupakan maqashidus syari’ah yang dengan menegakkannya, maka kita melakukan suatu hal yang merupakan tujuan hidup kita yaitu tahqiqul ‘ubudiyah. Dan dengan menegakkan maqashidu syari’ah itu -ikhwah sekalian- mudah-mudahan kita telah merealisasikan derivasi selanjutnya dari ma’na ‘ubudiyah yaitu isti’marul ardh (memakmurkan bumi). Risalah ini menjadi jauh lebih penting bagi kita semuanya, terutama karena pemilu 2009 akan berlangsung di saat negeri kita -sekali lagi- mengalami krisis besar yang mungkin bisa lebih besar dari krisis pada tahun 1997.

Oleh karena itu kemenangan kita pada tahun 2009 -ikhwah sekaliah- bukan hanya merupakan faridhah syar’iyah, bukan hanya merupakan kewajiban syari’ah, tapi juga merupakan dharurah wathaniyah, merupakan suatu keharusan dan keniscayaan nasional. Karena kemenangan kita pada tahun 2009 yang akan datang adalah suatu rangkaian proses penyelamatan bagi bangsa Indonesia.

Ikhwah sekalian, sepuluh tahun sudah kita mendobrak sistem otoriter. Dan memulai sebuah kehidupan baru dalam suatu bingkai sistem demokrasi. Tapi sampai saat ini sebagaimana demokrasi pada masa Sukarno gagal menciptakan kesejahteraan. Dan kesejahteraan pada masa orde baru harus dibayar dengan menghilangkan demokrasi. Sepuluh tahun masa reformasi ini adalah tahun-tahun kegelisahan, tahun-tahun pencarian, tahun-tahun dimana kita semua menyatakan pemberontakan. Tetapi tidak benar-benar tahu kemana seharusnya kita melangkah. Tahun-tahun dimana kita menyatakan ada enam visi reformasi mahasiswa, tetapi pada waktu yang sama sepuluh tahun kemudian kita menyaksikan bahwa visi itu sampai saat ini belum juga terealisasi. Tapi kita semua -ikhwah sekalian- bertanggung jawab secara moral. Karena kitalah yang mendobrak sistem itu. Kita yang menghancurkan dan menjatuhkan sistem itu. Lalu kemudian menggantinya dengan sistem yang baru. Tidak ada yang salah dengan sistem ini, yang salah adalah karena yang terjadi adalah bahwa syarat-syarat kebangkitan sebuah bangsa, sebagaimana yang kita pelajari dalam doktrin-doktrin dakwah kita belum sepenuhnya terpenuhi. Syarat pertama dalam kebangkitan suatu umat dalam doktrin dakwah kita adalah al-yaqizhatur ruhiyah (kebangkitan spiritual). Syarat yang kedua adalah al-wa’yul fikri (kesadaran pemikiran), adanya agenda, adanya manhaj yang jelas dalam bekerja. Dan syarat yang ketiga adalah al-qiyadatul qawiyah (kepemimpinan yang kuat).

Sepuluh tahun reformasi ini adalah sepuluh tahun kegelisahan. Karena kita semua berhasil membangkitkan masyarakat Indonesia untuk menyatakan kekecewaannya kepada sebuah rezim dan mengakhiri rezim itu dan kemudian berusaha bersama memulai suatu hidup baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Ikhwah sekalian,

Ada keinginan yang kuat pada seluruh masyarakat. Tetapi seperti orang yang baru saja bangun, kita belum berwudlu. Kita baru bangun dan baru meninggalkan tempat tidur, baru membuka mata dan baru berjalan terseok-seok. Bahkan menghadapi kenaikan harga BBM dunia pun, kita tidak tahu bagaimana caranya. Tetapi ikhwah sekalian, kebangkitan telah kita mulai pada jalurnya yang benar. Oleh karena kegelisahan itu adalah awal dari kebangkitan itu, dan kegelisahan itu tampak besar adalah wajah dari al-yaqizhatur ruhiyah (kebangkitan spiritual). Kita sudah mempunyai agenda; ada apa yang kita sebut dengan visi reformasi. Tahun ini juga kita mengeluarkan platform perjuangan kita untuk menegakkan masyarakat madani. Tetapi syarat untuk kebangkitan yang total belum sepenuhnya terpenuhi, karena masih ada syarat yang ketiga yaitu munculnya al-qiyadatul qawiyah (kepemimpinan yang kuat). Mudah-mudahan tahun 2009 itu adalah saat dimana kita menyempurnakan syarat ketiga dari kebangkitan kita semuanya di Indonesia, Insya Allah.

Oleh karena itu ikhwah sekalian, kita di TPPN sejak awal ingin menegaskan jargon ini. Begitu kita memperingati Milad ke 10 PKS, kita mengingatkan antum semuanya kepada angka-angka ini. Sepuluh tahun PKS, Sepuluh tahun reformasi dan Seratus tahun kebangkitan nasional. Ini adalah apa yang disebut oleh Sayid Quthb dalam banyak tulisan-tulisan beliau sebagai ash-shudfatul maqdurah (kebetulan yang ditakdirkan). Sepuluh tahun kelahiran PKS adalah sepuluh tahun kegelisahan dan sepuluh tahun pembelajaran dan juga sepuluh tahun reformasi. Sepuluh tahun reformasi adalah juga sepuluh tahun kegelisahan. Ada visi tapi tidak ada yang terealisasi. Lalu kita mengingatkan antum semuanya, bahwa jika sepuluh dikali sepuluh itu maka kita akan mendapatkan angka seratus. Seratus kebangkitan nasional yang lalu. Untuk kita mulai suatu usaha baru seratus tahun Indonesia masa depan.

Ikhwah sekalian,

Seratus tahun yang lalu ceritanya persis sama seperti cerita kita malam ini. Juga adalah cerita kegelisahan. Budi Utomo, Syarikat Islam dan ormas-ormas Islam, ormas-ormas nasional yang lainnya pada waktu itu semuanya adalah ungkapan-ungkapan kegelisahan. Ada kesadaran yang begitu kuat di dalam jiwa mereka bahwasanya mereka adalah satu bangsa yang utuh. Mereka tahu namanya dan juga mereka tahu rasanya, tetapi mereka belum terlalu fasih membahasakannya. Pada tahun 1928 Sumpah Pemuda mengejawantahkan semangat itu kembali dalam sumpah yang singkat tetapi jelas menyatakan identitas bangsa kita. Dan dari situlah dimulai sebuah revolusi. Ujung dari revolusi itu adalah kemerdekaan kita pada tahun 1945. Tapi jika setelah kita merdeka dan kemudian kita berumur 63 tahun sebagai sebuah bangsa merdeka, tiba-tiba saja kita dikagetkan oleh sebuah fakta, kenapa bangsa ini pada usianya yang ke-63 tampak begitu tua dan lelah. Karena ikhwah sekalian, cita-cita mereka seratus tahun yang lalu sudah tercapai. Cita-cita mereka adalah mendirikan sebuah Negara, bangsa yang merdeka dan berdaulat dan itu sudah tercapai. Dan Imam Ghazali mengatakan “segala sesuatu yang sampai pada puncaknya, harus memulai kekurangannya”.

Oleh karena itu, ikhwah sekalian, pentinglah kita menyadari suatu fakta, suatu hakikat besar di dalam sejarah bahwasanya jika cita-cita kita di dalam hidup itu kecil dan kemudian kita sudah mencapai cita-cita itu pada umumnya kita tidak lagi mempunyai sumber energy untuk bergerak. Bangsa ini setelah merdeka kehilangan sumber energy untuk bergerak, karena cita-citanya memang sudah tercapai kalau cita-cita kita hanya sekedar memerdekakan Indonesia, mengusir penjajah Belanda, Portugis atau Jepang dari bumi pertiwi Indonesia ini. Cita-cita itu adalah cita-cita yang terlalu sederhana. Itulah sebabnya Al-qur’an sejak awal menitipkan satu cita-cita besar tanpa batas kepada Nabi Muhammad SAW:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا يَعْلَمُونَ (٢٨)

“dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba : 28)

Maka kebangkitan Indonesia di masa yang akan datang itu –ikhwah sekalian-, membutuhkan suatu sumber energy besar yang tidak terbatas. Dan sumber energy besar yang tidak terbatas itu adalah pada cita-cita kita semuanya. Dan cita-cita yang kita warisi dari sejarah Indonesia ini menurut saya tidak lagi memadai untuk membangkitkan bangsa ini sekarang. Kita memerlukan suatu narasi baru, satu ide baru, satu cita-cita baru yang melampaui wilayah Republik ini untuk merangkul seluruh wilayah umat manusia dimuka bumi ini. Itu sebabnya ikhwah sekalian, cita-cita kita semuanya jika kita perbesar untuk merangkul seluruh umat manusia, maka kita akan mengatakan seperti apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW tentang agama ini :

لاَ يَبْلُغَنَّ هذا الدِّينَ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ والنَّهَارُ

Agama ini akan sampai ke seluruh muka bumi ini, akan menjangkau seluruh umat manusia sepanjang siang dan malam menjangkau mereka.

Negeri kita ini membutuhkan sebuah cita-cita baru sebagai sumber energi mereka. Dan cita-cita itu adalah haruslah merupakan cita-cita kemanusiaan. Itu sebabnya, ikhwah sekalian, kebangkitan Indonesia sekarang ini membutuhkan sebuah ruh baru. Dan ruh baru itu adalah Partai Keadilan Sejahtera.

Ruh baru inilah yang hilang dari republik kita ini. Dan karena itulah kita berjalan tertatih-tatih. Ruh baru inilah yang diperlukan oleh negeri kita sekarang, oleh seluruh masyarakat kita sekarang. Ruh baru inilah yang dibutuhkan mereka untuk mengalirkan energi baru kepada mereka. Energi untuk bergerak kembali seperti sebagai sebuah bangsa besar. Tetapi kita tidak bisa mengalirkan energi ini kecuali kalau kita memenuhi syarat kebangkitan ketiga yaitu mengakselerasi dan mempercepat munculnya al-qiyadah al-qawiyah (kepemimpinan yang kuat) di republik kita ini.

Ikhwah sekalian, saya mengatakan kepada ikhwah-ikhwah kita di Kaltim. Tahukah antum semuanya mengapa kita perlu memenangkan Pilkada di Kaltim? Karena sepertiga pendapatan negara kita berasal dari propinsi ini dengan penduduk hanya sekitar tiga jutaan dan pemilih 2,2 Juta. Wilayah ini adalah salah satu zona ekonomi besar tetapi mungkin kecil secara skala politik. Tetapi dengan memenangkan wilayah ini, antum melakukan suatu hal yang sangat fundamental dalam tujuan maqashidus syari’ah yaitu hifzhul maal (menjaga harta negara kita).

Kemudian saya mendapatkan informasi begitu banyak, dan saya kira antum tahu semuanya. Betapa kayanya negeri itu. Tetapi saya berjalan dari Balik papan ke Samarinda bolak balik, siang dan di malam hari di atas jalan-jalan yang semuanya sudah rusak dan sama sekali tidak nyaman untuk kita lalui. Lalu saya teringat kepada salah satu kalimat Umar bin Khatthab : “Jika ada seekor keledai yang jatuh di jalan-jalan Irak, maka saya akan ditanya oleh Allah SWT di hari akhirat. Mengapa kamu tidak memperbaiki jalan yang ada di Irak itu?”

Jadi Ikhwah sekalian, negeri kita ini adalah negeri ironi. Dan kebangkitan spiritual yang sudah kita miliki itu sejak tahun 80-an ketika kita memulai dakwah, tahun 90-an ketika kita mengembangkan dakwah kita dan membangun basis sosial tidaklah memadai kecuali kemudian kita memperbesar kerangka kita kembali dan merebut semua bagian hati bangsa Indonesia untuk kemudian mengambil kepercayaan besar mereka. Dan berada di garda depan menyelamatkan kehidupan bangsa yang besar ini.

Ikhwah sekalian, dalam semangat seperti itulah harusnya kita memahami kenapa kita harus memenangkan Pemilu 2009. Di tempat ini juga pada waktu kita melakukan kemah peduli pada tahun 2007 yang lalu. Saya menyatakan tentang tiga cita-cita kita, yang kita kuantifikasi dalam angka-angka. Ada yang apa kita sebut dengan cita-cita politik yang angkanya adalah 20%. Ada yang kita sebut dengan cita-cita dakwah, apabila gabungan suara partai-partai Islam ini sudah melampaui 50%. Dan ada yang kita sebut dengan cita-cita peradaban, apabila kita berhasil menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dunia Islam dan front liner saudara tertua Islam yang berada di baris depan berhadap-hadapan dengan peradaban lainnya. Dan kemudian secara perlahan-lahan menjadi kiblat peradaban kemanusiaan baru.

Itulah sebabnya ikhwah sekalian, walaupun berada dibawah penjajahan Inggris. Dalam keadaan yang sangat sulit, kita belajar dari satu fakta sejarah dari Imam Syahid Hasan Al-Banna ketika beliau mengatakan tentang tujuh tujuah dakwah kita, dimana yang terakhir adalah ustadziyatul ‘alam. Bisakah antum membayangkan bahwa buruh-buruh, para petani, para nelayan, orang-orang papa dan nestapa di Mesir yang miskin, yang dihadapi oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna, yang tua dan renta. Diperkenalkan kepada mereka ma’na Islam pertama kali dan tujuan besar peradaban mereka ketika mereka masih hidup dibawah penjajahan. Lalu kepada mereka disampaikan doktrin bahwa pada suatu waktu kalian semuanya mempunyai satu tugas suci menjadi soko guru peradaban dunia. Bisakah kita membayangkan, apakah yang ada dalam pikiran Imam Syahid Hasan Al-Banna ketika itu? Dan apa yang ada di benak para petani, para buruh dan nelayan?

Dan sekarang ini tampak seperti eutopia, ketika PKS hanya 7, 34% lalu bercita-cita naik menjadi 20% dan tiba-tiba mempunyai mimpi besar menjadi pemimpin peradaban manusia. Ini bukan eutopia! Karena ikhwah sekalian kita ini (di PKS ini) mempunyai suatu tradisi kesadaran. Kita menyadari apa yang disebut oleh Rasulullah SAW: Rahimallahu man ‘arafa qadra nafsih. Allah merahmati kepada orang-orang yang mengetahui kadar kemampuan dirinya. Karena itu pada tahun 1997 kita membuat Rinja (Rencana Induk Jama’ah). Dan kita baru bercita-cita mendirikan partai pada tahun 2010. Tetapi Allah mempercepat target itu dan menjadikannya satu tahun kemudian dimana kita mendirikan partai pada tahun 1998. Sekarang dalam hitungan-hitungan normal, kita baru berfikir untuk melangkah menuju kepemimpinan nasional pada tahun 2014. Tetapi tampaknya Allah SWT mengirimkan tanda-tanda alam, tanda-tanda peradaban dan tanda-tanda kemanusiaan, juga tanda-tanda sejarah. Bahwa waktu yang kita rencanakan itu tampaknya akan dipercepat oleh Allah SWT.

Itulah yang bisa kita tafsirkan secara ijabiyah (positif) dalam perspektif dakwah kita ketika Allah memberikan kemenangan di Jawa Barat, di Sumatera Utara dan juga tiba-tiba di Kalimantan Timur. Berkali-kali ikhwah di Kalimantan Timur datang menemui kami di TPPN dan menyatakan bahwa di dalam survey mereka hanya di nomor 2. Tapi ketika saya kampanye di sana pada hari pertama, saya tiba-tiba merasakan bahwa ada aroma kemenangan yang tidak mereka cium sepenuhnya. Sejak itu kita sepenuhnya mengirimkan tim dari DPP, mulai membackup mereka secara full. Karena itu memang koalisi partai-partai kecil. Dan tiba-tiba saja dalam waktu yang sangat singkat peta politik di Kalimantan Timur berubah secara total.

Jadi ibarat gelombang –ikhwah sekalian- gelombang ini sedang datang. Ada pasang dalam sejarah kita saat ini. Dan oleh karena itu walaupun dengan segala kerendahan hati, kita mungkin tidak terlalu siap. Tetapi yang sangat kita khawatirkan adalah terulangnya seperti apa yang dikatakan oleh beberapa ikhwah di Jawa Barat. “Memang kami kalah dalam semua survey, tapi kami sangat khawatir dimenangkan oleh Allah SWT”. Kita juga khawatir –ikhwah sekalian- jangan-jangan kita hanya berniat masuk 3 besar, mendapatkan 20%. Tapi tiba-tiba Allah SWT mengubah peta politik kita ini dan menjadikannya lebih dari pada apa yang kita harapkan. Dan karena itu ikhwah sekalian, mental kita haruslah kita siapkan. Sebagaimana pada tahun 1997, ketika tiba-tiba mata kita terbelalak, bahwa pada tahun 1998 kita harus tiba-tiba mendirikan partai politik. Tanpa pengalaman, tanpa pengetahuan. Tetapi Allah SWT memberikan kepada kita syarat yang sering saya ulangi, niat yang baik dan kemauan belajar itu cukup untuk memimpin.

Jadi ikhwah sekalian, kita harus menghilangkan dan kita harus mulai menswitch, memindahkan, mentransformasi mental kita. Bahwa sementara kita mempunyai target-target yang sekarang kita tetapkan. Tampaknya Allah SWT mengirimkan tanda-tanda yang lain dan karena itu mental kitapun harus kita persiapkan. Dan supaya mental kita itu harus kita siapkan, perlulah kita merubah beberapa paradigma di dalam pikiran kita. Yang selalu saya ulang-ulang dan sering saya sebut sebagai polisi tidur. Yang menghambat lajunya kita bergerak. Karena ikhwah sekalian kita ini (PKS ini) ibarat mobil, engine (kekuatannya) itu adalah 5000 cc, sopirnya jelas, penumpangnya jelas, tujuannya jelas, rutenya juga jelas, dilengkapi dengan GPS, semua sudah pasang seatbelt. Kita sedang akan masuk ke highway (jalan tol). Tetapi jika kendaraan besar ini, yang CC-nya besar ini disertai dengan jalanan yang mulus ini tidak berpadu maka akan ada masalah. Kita tidak akan sepenuhnya efektif. Dan karena itu perlu kita hilangkan polisi tidur ini.

Polisi tidur yang pertama ini adalah ‘uqdatul khaufi minan nashr (sindrom ketakutan untuk menang). Ada banyak ikhwah kita semuanya yang merasakan sindrom ketakutan ini. Takut untuk menang. Mereka takut menang karena merasa bahwasanya kemampuan kita belum memadai untuk memimpin republik ini. Itu ada benarnya, kalau kita benar-benar ingin rendah hati dan jujur di depan Allah SWT. Tetapi ikhwah sekalian, Allah itu tidak menurunkan ilmu sekaligus. Allah menurunkan ilmu bertahap-tahap.

وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلا قَلِيلا (٨٥)

“….. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (al-isra : 85).

Dan sebagian dari cara Allah SWT menurunkan ilmu adalah melalui benturan-benturan, melalui pengalaman-pengalaman, melalui kesalahan-kesalahan dan melalui amal. Dan karena itu Allah mengatakan kepada kita tentang cara Allah mengajar :

وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ

Bertakwalah kamu kepada Allah, nanti Allah yang akan mengajarkan kamu ilmu-ilmu. (al-baqoroh : 282)

Kita semua –ikhwah sekalian- tidak pernah tahu bagaimana mengelola dewan. Karena memang kita tidak punya pengalaman. Tapi hanya beberapa saat ketika kita masuk ke dewan, kita tahu bagaimana cara mengelolanya. Pimpinan partai ini –ikhwah sekalian- pada periode yang lalu, tidak satupun di antara mereka yang profesor-doktor dalam bidang ilmu politik. Tidak ada satupun di antara mereka yang profesor-doktor dalam bidang hukum tata negara, profesor-doktor dalam ilmu pemerintahan. Ada doktor dalam bidang akidah spesialis dalam aliran-aliran sesat, ada doctor dalam perbandingan madzhab. Tapi ketika beliau menjadi ketua MPR, bisa juga beliau menjalankan amanah itu dengan baik. Dan ketika doktor menjadi dubes, bisa juga beliau menjalan amanah itu lebih baik dari para pendahulunya.

Jadi ikhwah sekalian, Allah mengajarkan kita ilmu itu sedikit demi sedikit. Bisa antum bayangkan bumi yang bulat ini pada mulanya hanya dihuni oleh dua orang yang namanya Adam dan Hawa. Beratus-ratus kemudian, tiba-tiba penduduknya menjadi enam milyard. Pada mulanya hanya dua orang. Bisakah antum membayangkan? Jangankan bumi yang luas ini, antum ada di Cibubur saja kalau cuma dua orang , bisa antum bayangkan ngerinya menghadapi malam. Tapi coba lihat cara Allah mengelola kehidupan. Yang pertama kali dilakukan Allah kepada Adam begitu turun ke bumi ini adalah pembelajaran.

وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (٣١)

31. dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!” (al-baqorah : 31)

Semua benda, semua perbuatan, semua pikiran diberi nama dan satu persatu dipelajari. Ketika pertama kali adam dan hawa melakukan hubungan seksual, Hawa bertanya kepada Adam; Ya Adam, Ma hadzaa? (apa namanya ini). Kata Adam : hadzaa jima’ (ini namanya jima’). Kata Hawa : zidnii minhu (tambah lagi). Berkat pengajaran itulah kita hadir sekarang di sini.

Jadi ikhwah sekalian, yang kita perlukan dalam memimpin itu adalah niat baik dan kemauan belajar. Itu sebabnya saya selalu mengulang-ulangi kalimat ini. Bagaimana caranya kita menjadi pembelajar yang cepat. Jadi kita tidak perlu ragu-ragu. Saya bertemu dengan menteri yang bertanggung jawab dalam urusan minyak, karena dia minta dipahami oleh PKS. Saya bilang, “Bapak ini kan sudah delapan tahun menjadi menteri. Sejak tahun 2001 trend kenaikan harga minyak itu sudah luar biasa kelihatan. Kita tidak menyalahkan bapak karena menaikkan harga BBM. Yang kita salahkan itu karena bapak dari awal tidak mempunyai kebijakan energy. Itu saja masalahnya. Mau harga BBM naik itu adalah urusan dunia. Yang penting kita bisa survive dan itu yang tidak bapak pikirkan”.

Jadi ada gejolak yang terjadi di luar tetapi kita disini tidak pernah memikirkan antisipasinya. Padahal dulu Imam Abu Hanifah sudah pernah mengatakan, “Orang yang berilmu itu adalah orang yang menyiapkan jawaban sebelum dia diberi pertanyaan”. Jadi saya mengatakan bahwasanya protes besar pada pemerintah saat ini adalah badai yang dituai oleh pemerintah karena kemalasannya berfikir secara antisipatif menyediakan jawaban-jawaban, sikap-sikap, alternative-alternatif, kebijakan-kebijakan baru jika mereka menghadapi tantangan fluktuasi harga minyak dunia ini.

Dan sekarang ikhwah sekalian, Insya Allah salah satu bagian dari agenda kita yang terpenting nanti adalah begitu Partai Keadilan Sejahtera memimpin negeri ini, kita akan memunculkan apa yang kita sebut dengan New Economic Policy (kebijakan ekonomi baru). Saya bertemu dengan beberapa doktor ekonomi. Saya bilang, saya tidak terlalu ahli dalam ekonomi. Tetapi yang bisa saya pahami adalah hal-hal berikut ini. Ilmu ini adalah ilmu empiris. Dan yang namanya teori itu adalah kebenaran yang terulang-ulang. Yang kemudian dirumuskan, diformulasikan. Dia tidak ada sebelum pengalaman itu ada.

Teori itu adalah suatu rumusan atau suatu pengalaman. Dan apa yang kita pelajari dalam ilmu ekonomi makro dalam teori-teori makro ekonomi itu, pada mulanya adalah pengalaman rosevelt di Amerika. Ketika dia memimpin Amerika dalam sejarah, waktu Amerika menghadapi depresi ekonomi besar. Dan lucunya ikhwah sekalian, Rosevelt ini adalah satu-satunya presiden Amerika yang memimpin Amerika selama empat periode dan melanggar konstitusi Amerika. Dan orang ini lumpuh. Karena itu kalau beliau akan memberikan motivasi selalu menggunakan radio. Supaya tidak banyak orang yang tahu kalau dia itu lumpuh. Dia memang punya penasehat ekonomi yang namanya Kens. Tapi kemudian yang lebih penting adalah bahwa dia mempunyai suatu pengalaman yang kemudian dicatat dan diformulasi menjadi sebuah ilmu. Lalu orang perlahan-lahan mulai belajar bahwa ada sesuatu yang kita sebut dengan ekonomi makro.

Jadi kita kembalilah kepada persoalan ekonomi dasar ini. Ini adalah masalah yang sederhana, jangan dibikin rumit oleh para ilmuwan. Saya bilang kepada seorang ahli ekonomi yang sering muncul di TV, kalau teori itu adalah satu formulasi terhadap satu kebenaran yang terulang dalam praktek. Kan akhirnya teori itu sama seperti obat. Ada masa berlakunya. Apakah ibu yakin bahwa teori-teori ini, sekarang ini belum expired? Masih bisa kita pakai?. Saya hadir dalam suatu pertemuan dengan Goh Chok Tong (mantan perdana menteri Singapura) dalam acara pertemuan antara anggota parlemen muda dibawah empat puluh tahun Asia Timur dan Amerika Latin. Ada salah seorang peserta bertanya kepada Goh Chok Tong. Dia bilang, “Apa nasehat anda kepada kami di usia seperti kami”. Goh Chok Tong bilang, “Saya diutus oleh pemerintah Singapura belajar ke Amerika, Saya belajar di Harvard. Saya belajar ekonomi, belajar politik, belajar hukum, belajar semuanya. Begitu saya ke Singapura, saya tahu, saya menemukan fakta bahwa tidak satupun dari ilmu itu yang bisa saya pakai untuk mengatur Singapura. Dan saya benar-benar memulai belajar dari awal kembali”.

Jadi ikhwah sekalian, janganlah kita semuanya dibuat ragu oleh teori yang diperumit untuk masalah yang sebenarnya tidak terlalu rumit kalau kita benar-benar mau bekerja untuk rakyat kita semuanya. Dari dulu juga kita belajar dalam Sirah Nabawiyah, bahwa Bilal Bin Rabbah seorang budak. Pada suatu waktu pernah menjadi Gubernur di Syam dan kita tidak pernah menemukan suatu catatan dalam Sirah. Sejak kapan Bilal belajar di Lemhanas misalnya. Apalagi kuliah di Harvard. Yang kita temukan dalam fakta sejarah kita di Indonesia sekarang ini adalah bahwasanya negeri kita ini bangkrut di tangan para doktor-doktor itu semuanya. Bukan karena doktor negeri kita bangkrut, tapi saya ingin mengatakan bahwa itu sering kali tidak ada hubungannya.

Lebih dari itu persoalan masalah kompentensi tehnik itu yang kita perlukan. Yang lebih kita perlukan ikhwah sekalian adalah cara mengelola orang. Cara mengelola potensi-potensi terbaik bangsa ini. Dan Alhamdulillah kita di PKS ini mempunyai pengalaman yang sangat kaya dalam mengelola orang. Dan itu semuanya merupakan suatu modal yang cukup, jika kita memang benar-benar mendapatkan amanah memimpin bangsa ini. Jadi ikhwah sekalian kita tidak perlu ragu. Mengelola negara itu pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan mengelola SDIT. Dua-duanya adalah organisasi, sifat-sifat dasar pada organisasi itu sama pada kedua-duanya. SDIT punya bendahara, negara juga punya bendahara. Dulu sahabat Rasulullah ketika masuk ke Persi setelah menang dalam perang Qadisiyah, ada sahabat yang mendapat perak, dia tidak tahu kalau itu perak. Lalu dia makan, karena dia pikir bahwa itu garam. Tapi walaupun demikian mereka menjadi pemimpin peradaban. Apalagi antum semua adalah orang-orang yang terdidik. Tidak benar-benar mulai dari nol sama sekali. Karena itu, ikhwah sekalian. Sindrom ketakutan untuk menang ini yang disebabkan karena kita tidak percaya diri kepada kemampuan kita, itu perlu kita hilangkan pertama kali.

Yang kedua ikhwah sekalian yang membuat sindrom ini muncul adalah karena ada pemahaman yang berkembangan di kalangan kita semuanya dan menurut saya ini adalah pemahaman yang perlu kita luruskan. Kita perlu hati-hati pemahaman yang selalu memisahkan antara tarbiyah dengan politik. Kita perlu hati-hati menerjang kekuasaan karena itu adalah fitnah. Ikhwah sekalian, kekuasaan jelas adalah fitnah. Harta juga adalah fitnah, wanita juga adalah fitnah. Bukan hanya tiga ini, anak-anak juga adalah fitnah. Istri-istri kita juga semuanya adalah fitnah.

يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ

Wahai orang-orang yang beriman, ada diantara isteri-isteri dan anak-anak kamu yang merupakan musuh bagi kamu, maka hati-hatilah kepada mereka. (at-taghabun : 14)

Kalau antum pulang, jangan membawa satu potong ayat ini. Insya Allah antum akan berubah pandangan kepada isteri antum semuanya. Juga berubah cara antum memandang anak-anak.

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَ أَوْلاَدُكُمْ فِتْنَة

Sesungguhnya harta-harta kamu dan anak-anak kamu adalah fitnah. (at-taghabun ; 15)

Tapi coba kita lihat Rasulullah Saw. Ketika menyuruh kita menikah :

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج

wahai pemuda barang siapa yang mampu menikah, maka menikahlah.

Yang belum menikah niatkan segera untuk menikah. Sebelum pemilu 2009. Karena Rasulullah Saw mengatakan :

سراركم عزابكم وسرار ماتاكم عزابكم

Yang paling buruk diantara kalian adalah yang bujangan dan seburuk-seburuk orang yang mati adalah yang mati dalam keadaan bujang.

Begitu kita menikah Rasulullah mengatakan : tanaakahu takaatsaruu, menikah dan perbanyaklah anak-anak kalian.

Khalid bin Walid ketika anak-anaknya semuanya meninggal karena diserang tha’un semua anaknya 42 meninggal sekaligus. Yang paling terakhir meninggal di kalangan sahabat rasulullah adalah Anas bin Malik, anaknya lebih dari 100 dan umurnya pun lebih dari 100 tahun. Dulu waktu Rasulullah hidup rasio umat Islam dengan penduduk bumi adalah 1 : 1000. Seribu lima ratus kemudian rasio penduduk muslim dengan muslim adalah 1:5.

Apa rahasia dari pertumbuhan demografi yang dahsyat ini? Bahkan beberapa bulan yang lalu vatikan secara resmi mengumumkan bahwa jika agama-agama Kristen itu tidak dianggap satu (maksudnya sekte-sektenya dipecah; katolik, protestan) maka agama terbesar didunia ini adalah Islam, terhitung sejak tahun ini. Jumlah penduduk Islam di seluruh dunia adalah 20%. dan umat katolik turun menjadi 17%. Memang kalau digabungkan semuanya umat Kristiani ini menjadi 33%. Saya ingin menjelaskan kepada antum rahasia dari pertumbuhan demografi ini. Sebagian dari rahasia pertumbuhan demografi itu adalah : tanaakahu takaatsaru fa innii mukatsiron bikumul umamaa yaumal qiyamah. Wanita itu adalah indah. Tapi al-qur’an mengatakan pada waktu yang sama: Fankihuu maa thaabaalakum minann nisa matsnaa wa tsulaatsa

Begitu juga dengan harta, begitu juga dengan kekuasaan. Jadi ikhwah sekalian kalau iqomatuddiin (menegakkan agama) itu adalah faridhah syar’iyyah.

وما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب

Wa maa laa yatimmul waajibu illa bihi fahuwa waajib.

Dimana bagian dari proses iqomatud diin itu adalah iqomatud dunya – iqomatud daulah. Maka iqomatud daulah itu menjadi wajib bagi kita semuanya. Dan kalau itu semuanya merupakan suatu kewajiban -ikhwah sekalian- maka tentu ada rahasia yang perlu kita ketahui di sini. Rahasianya adalah karena ini adalah perintah. Tetapi di dalam perintah ini terkandung jebakan yang banyak. Jebakan itu adalah fitnah. Oleh karena itu yang bisa memikul beban perintah ini adalah orang-orang kuat. Maka ketika Abu dzar al-ghifari datang kepada Rasulullah SAW : يا رسول الله وليني Yaa Rasulallah walliinii (jadikan aku gubernur ya rasulullah). Rasululah mengatakan :

يا أبا ذر إنك ضعيف إنها أمانة وإنما يوم القيامة لندامة

Yaa Abaa dzar innaka dha’iif, innahaa amanah wa innamaa yaumal qiyaamah lanadaamah. Wahai Abu dzar sesungguhnya engkau lemah dan sesungguhnya ini adalah amanah dan tentunya ini di hari kiamat menjadi sumber penyesalan. Jadi kita semua ikhwah sekalian sedang memikul amanah yang sangat berat. Dan itu sebabnya Ibnu Taimiyah dalam as-siyaasah asy-syar’iyyah mengungkapkan

أفضل الأعمال الصالحة الأخذ بالولاية

afdhalul al-a’maala shalihah al-akhdzu bil wilayah

(amal shaleh yang paling afdhal adalah merebut kekuasaan).

Jadi antum sekarang -ikhwah sekalian- ada diambang pekerjaan amal shaleh yang paling afdhal itu. Sekarang coba antum lihat konflik apakah yang terjadi dikalangan sahabat begitu Rasulullah Saw wafat. Yaitu Bani Tsaqifah. Dan salah seorang pembesar Anshar itu, bahkan meninggal tidak sempat membai’at Abu Bakar. Tetapi ini semuanya memberikan kita kesadaran, bahwa ketika Ibnu Taimiyah mengatakan bahwasanya afdhalul al-a’maala shalihah al-akhdzu bil wilayah (amal shaleh yang paling baik adalah merebut kekuasaan). Dia juga tahu bahwasanya di dalam perintah ini terkandung banyak jebakan dan hanya orang kuat yang benar-benar bisa lolos di sini. Memiliki anak yang banyak –ikhwah sekalian- itu beban. Yang hanya bisa dipikul oleh orang-orang kuat. Begitu juga yang lain-lainnya.

Ikhwah sekalian, oleh karena itu pengingatan Qur’an ini tentang adanya unsur fitnah dan jebakan di dalamnya ini; di dalam kekuasaan, di dalam harta, di dalam wanita dan lain-lainnya semuanya itu peringatan. Ini sama sekali tidak mengandung unsur larangan, melainkan disertai dengan perintah. Tetapi peringatan ini penting untuk diberikan kepada kita semuanya. Supaya kita tidak mengubah apa yang sebenarnya yang merupakan sarana ini menjadi tujuan. Itu adalah intinya.

Maka, negara itu adalah alat yang kita perlukan. Harta itu juga alat bukan tujuan. Kita memerlukan hal itu sebagai sumber daya. Karena kita semua mengetahui suatu kaidah: Innallaha layaza’u bi shulthoni ma laa yaza’uhu bil qur’an. Sesungguhnya Allah bisa memberlakukan kehendaknya dengan kekuasaan, sesuatu yang tidak diberlakukannya dengan hanya al-qur’an. Inilah polisi tidur pertama yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semua.

Polisi tidur yang kedua yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semuanya adalah ‘uqdatul khaufi minal ‘aduw (sindrom ketakutan kepada lawan). Karena kita berpikir partai-partai besar itu masih terlalu besar untuk kita lampaui. Tetapi ikhwah sekalian, perlahan-lahan saya kira sindrom ini mulai hilang dari kepala kita semuanya. Kita sudah mempunyai pengalaman dikeroyok 20 partai di Jakarta. Dan kita telah menunjukkan eksistensi kita bahwa kita mampu bertahan. Bahkan ikhwah sekalian setelah Pilkada Jakarta ini, banyak sekali orang yang datang kepada kita di PKS ini untuk meminta dukungan PKS. Bukan terutama untuk menang dalam Pilkada, tetapi terutama untuk merasakan romantika perjuangan seperti itu. Jadi mereka merasakan bagaimana caranya partai ini bisa bertahan. Partai-partai lain mengatakan ini PKS tahu bahwa mereka akan kalah dalam pilkada, tapi mereka tetap menyuruh kadernya untuk maju karena mereka sedang menguji daya tahan kader-kadernya sendiri.

Jadi ikhwah sekalian, kita di Jawa Barat itu sebenarnya cukup rendah hati. Kita hanya ingin mengambil wakil pada mulanya. Kita datang kepada bapak Dani Setiawan, tapi kita ditolak. Kita datang lagi bertemu pak Agum Gumelar, saya sendiri datang bersama Ketua Majelis Syura. Kita pun ditolak. Akhirnya kita bilang: “Ya Allah tawakkal ‘alallah kita maju”. Saya bilang saat itu kepada Ahmad Heriyawan: “Anggap saja ini kawin kampung”. Ini ada dua orang bikin pesta besar di gedung. Kita bikin di pinggir jalan.

Seperti lagunya Rhoma Irama: “Apa artinya malam minggu bagi orang yang tak mampu. Mau ke pesta tidak beruang, akhirnya nongkrong di pinggir jalan.” Cuma karena kita bisa bikin pesta pinggiran jalan ini lebih menarik, orang yang ada di gedung-gedung besar itu keluar dari gedung datang joget di pesta ini.

Ikhwah sekalian, apalagi ada lingkungan media, lingkungan hawa politik dan juga hawa sosial, ada semacam tuntutan baru dari kalangan masyarakat ini. Karena telah bosan menyaksikan kegagalan para pemimpin transisi ini. Begitu kita menang di Jawa Barat, begitu kita menang di Sumatera Utara, mengapa tiba-tiba muncul isunya adalah pemimpin muda? Karena itu benar-benar adalah suara hati nurani masyarakat. Oleh karena itu ikhwah sekalian, panggilan hati nurani masyarakat inilah yang harus kita jawab sekarang. Dan menurut saya sepuluh tahun pembelajaran dan sepuluh tahun performance politik dalam tahun-tahun yang sulit ini, cukuplah bagi kita untuk mengambil kesimpulan bahwa PKS lahir di tengah krisis, tumbuh di tengah krisis dan Insya Allah akan keluar sebagai pemimpin di tengah krisis.

Sindrom yang ketiga yang harus kita hilangkan dari pikiran kita semuanya adalah kita sering kali berfikir janganlah kita terlalu terburu-buru memimpin negara. Nanti kejadian FIS di Al-jazair akan terjadi. Bagaimana nanti kalau kita gagal? Bagaimana nanti kalau kita diboikot oleh kekuasaan asing adidaya di dunia ini? Kita juga semua tahu bahwa untuk memimpin republik ini diperlukan empat hal. Dalam platform politik: yang pertama adalah bahwa kita diterima oleh kekuatan-kekuatan adidaya khususnya Amerika dan Eropa. Yang kedua kita diterima oleh kekuatan regional seperti China, Australia, dan Asia. Yang ketiga kita diterima oleh kekuatan-kekuatan politik lain di negeri kita sendiri. Dan yang keempat kalau kita punya solusi ekonomi.

Tapi ikhwah sekalian, kemarin di Kalsel ada Bedah buku platform. Saya ditanya oleh salah seorang pegawai Bank Indonesia yang menjadi panelis dan mengkritik buku platform kita ini. Saya mengatakan kepada mereka bahwa kita dari sekarang ingin mengatakan kepada dunia. Bahwa mereka sama sekali tidak punya alasan menolak kehadiran Partai Keadilan Sejahtera. Itu sebabnya sejak tahun 2005 kita sudah memasukkan ini dalam poin keempat dalam visi PKS 2004-2009. Meningkatkan penerimaan internasional terhadap PKS. Dan Insya Allah ikhwah sekalian, alhamdulillah semua draft-draft ini sudah kita siapkan. Kita akan menunjukkan juga kepada dunia bahwasanya kita mampu bekerja sama dengan semua kekuatan-kekuatan dunia saat ini. Kita kemarin sudah kedatangan Partai Buruh dari Australia dan meminta untuk segera kita menandatangani MOU kita dengan mereka setelah kita datang ke sana pada tahun lalu. Dan Insya Allah ini akan kita lakukan pada tahap ketiga dari tahapan kerja TPPN. Kita juga sudah mendapatkan draft surat dan kita sudah jawab draft surat dari Partai Komunis Cina untuk menandatangani MOU dan kerjasama bersama. Kita sudah menyampaikan kepada mereka bahwa rombongan PKS, karena kita diundang tahun ini ke sana, akan datang ke Beijing Insya Allah pada bulan Oktober tahun ini. Kita juga sudah mempunyai rencana kunjungan Insya Allah ke Turki. Semua akan kita tunjukkan bahwa sengaja kita ambil sample ini; Australia, Cina dan Turki. Semuanya bisa bersatu dan bekerja sama dengan Partai Keadilan Sejahtera.

Dan dengan begini ikhwah sekalian, kita belajar dari salah satu siasat Rasulullah Saw sebelum fathu makkah. Sebelum fathu makkah itu pada tahun ke-7 terjadi perang Mu’tah. Perang Mu’tah itu ikhwah sekalian, adalah perang yang terjadi antara tiga ribu pasukan kaum muslimin melawan dua ratus ribu pasukan romawi. Itulah pertempuran pertama jazirah arab dengan romawi. Empat orang komandan lapangan disitu syahid semuanya; Ja’far bin Abi thalib, Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah dan seterusnya. Kemudian tongkat komando diambil alih oleh Khalid bin Walid. Khalid bin walid berusaha menarik mundur pasukan ini. Begitu beliau kembali ke madinah, Khalid bin Walid dilempari batu oleh anak-anak madinah karena dianggap lari dari perang. Tapi Rasulullah disaat itu justeru memberi gelar kepada Khalid bin Walid, Syaifullah al-mashub (pedang Allah yang terhunus). Dan satu tahun kemudian terjadilah fathu makkah itu. Itu adalah diplomasi, bahwa pada tahun ke tujuh itu jika kaum muslimin sudah berhasil melawan Romawi. Sebenarnya Rasulullah ingin menyampaikan pesan kepada Quraisy: lawan kami sekarang ini bukan lagi Quraisy tapi Romawi. Dan secara perlahan-lahan ikhwah sekalian, kita mencoba membangun partai kita ini sebagai satu institusi politik yang mempunyai kualifikasi dan standard global, Insya Allah. Dan karena antum memiliki semua kelayakan untuk memimpin negara kita di kemudian hari.

Ikhwah sekalian, sindrom-sindrom inilah yang harus kita hilangkan semua dari kepala kita semuanya. Dan jika sindrom ini kita hilangkan, mengertilah kita mengapa kita pula perlu menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran kita semuanya untuk menang dalam pemilu 2009 nanti. Sekaligus pula kita perlu mengerti alasan yang mengharuskan kita menang. Bukan sekedar sebuah kebanggaan sejarah. Tetapi ini adalah suatu gerakan penyelamatan bangsa dan negara kita semuanya. Mudah-mudahan di tangan kita semuanya, di tangan-tangan yang setiap hari berwudlu ini. Di tangan-tangan yang setiap hari berwudlu dan mensucikan diri ini dan di depan / dihadapan wajah-wajah yang setiap hari bersujud ini. Insya Allah, Allah SWT membuka wajah Indonesia menjadi pusat peradaban dunia.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Disampaikan oleh ust Anis Matta Lc dalam Mutuwil DKI Jakarta, Mei 2008.

Indahnya Kesabaran

( Based on true story )

Seorang dokter spesialis luka dalam Riyadh yang bernama Dr. Khalid Al Jubir berkisah tentang dirinya dan sahabatnya. Beginilah kisahnya, selama kuliah dulu dia memiliki seorang teman mahasiswa akademi militer. Dalam semua hal dia memiliki banyak kelebihan dibanding teman-temannya yang lain. Selain baik hati, pemuda ini juga amat rajin shalat malam dan tidak pernah lalai menjalankan shalat lima waktu.

Pemuda ini lulus dengan nilai memuaskan. Tentu saja ia sangat ingin senang. Namun tak ada yang bisa menduga jalannya takdir. Suatu saat pemuda ini terserang penyakit influensa, dan sejak saat itu fisiknya menjadi lemah hingga mudah terserang berbagai macam penyakit. Hingga karena komplikasi penyakit yang beragam, ia menjadi lumpuh. Tubuhnyatidak mampu lagi digerakkan sama sekali. Semua dokter yang menanganinya mengatakan kepada Dr.Khalid, kalau kemungkinan kesembuhan untuk pemuda itu sekitar 10% saja.

Pada saat Dr.Khalid membesuknya di rumah sakit, ia melihat pemuda itu tak berdaya diatas ranjangnya. Dr.Khalaid datang untuk menghiburnya. Namun Subhanallah, apa yang ia dapatkan justru sebaliknya, wajah pemuda itu cerah jauh dari mendung kedukaan. Pada wajah itu jelas sekali terpancar cahaya dan kilauan iman.

”Alhamdulillah, saya dalam keadaan sehat-sehat saja. Saya berdoa kepada Allah Subhanaa huwataa’ala semoga Anda lekas sembuh.” kata Dr.Khalid membuka pembicaraan. Di luar dugaan pemuda itu menjawab,”Terimakasih untuk doamu. Sesunggunya saudaraku mungkin saat ini Allah tengah menghukumku karena lalai dalam menghafal Al-Qur’an. Allah menguji saya, agar saya segera menuntaskan hafalan saya. Sungguh ini adalah nikmat yang tiada terkira.”

Dr.Khalid terpana mendengar jawaban menakjubkan itu. Bagaimna mungkin cobaan begitu berat yang tengah dialami pemuda itu dianggap sebagai suatu nikmat? Benar-benar ini adalah suatu pelajaran baru yang amat berharga bagi dirinya sehingga ia merasa tak berharga dihadapan pemuda itu.

Dr.Khalid teringat akan sabda Rasulullah Sallallahu A’laihi Wassallam : ” Sungguh mengagumkan perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Hal ini hanya ada pada seorang mukmin. Ketika ia dikaruniai kesenangan ia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Dan ketika ia ditimpa kesedihan, ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, maka hal itu baik baginya.” (Riwayat Muslim)

Jujur saja Dr.Khalid teramat mengagumi ketabahan pemuda itu. Beberapa pekan kemudian ia membesuk sahabatnya itu, sepupu sang pemuda berkata,”Coba gerakkan kakimu, coba angkat kakimu ke atas.” Pemuda itu menjawab,”Sungguh saya amat malu kepada Allah untuk terburu-buru sembuh. Jika kesembuhan itu yang terbaik bagi Allah, aku bersyukur. Namun, apabila Allah tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agar aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Allah maha tahu yang terbaik untukku.

Allahu Akbar, betapa kalimat itu sangat menggetarkan. Setelah peristiwa itu Dr.khalid menempuh program magisternya ke luar kota. Beberapa bulan setelah itu ia kembali dan yang pertama diingatnya adalah pemuda sahabatnya itu. Dalam benaknya ia berpikir,”Paling saat ini ia sedang terbaring lemah di atas kasurnya, jika ia kemana-mana pastilah ia digotong.”

Ternyata menurut teman-temannya, pemuda itu sudah pindah ke ruang penyiapan untuk mendapatkan pengobatan alami. Pada saat Dr.Khalid menemuinya, ia tengah duduk di kursi roda. Dr.Khalid senang sekali melihatnya hingga berkali-kali ia mengucapkan syukur.

Pemuda itu dengan spontan menyampaikan kabar gembira yang tak terduga ”Alhamdulillah saya telah menyelesaikan bacaan Al-Qur’an.” katanya penuh semangat. ”Subhanallah” Dr.Khalid memekik kagum. Setiap kali membesuknya ia selalu mendapat hikmah yang semakin mempertebal keimanannya.

Tidak lama berselang, Dr.Khalid kembali pergi ke luar kota selama empat bulan. Dan selama itu pula ia tidak pernah bertemu dengan pemuda sahabatnya yang sangat tabah itu. Hingga saat ia kembali, ia menerima kenyataan yang amat sulit diterima oleh akal manusia. Namun, bagi Dzat yang Maha Tinggi, bukanlah hal yang mustahil terjadi. Jangankan hanya sakit, tulang-belulang yang telah hancur pun bisa dihidupkan kembali menjadi manusia yang utuh.

Pada waktu Dr.Khalid sedang shalat di mushalla rumah sakit itu. Tiba-tiba ia mendengar sapaan seseorang, ”Abu Muhammad!” Reflek dia menoleh dan pandangan di hadapannya membuatnya terpana. Ia tak mampu mengucap sepatah kata pun. Benar, Wallahi (Demi Allah-red) yang berdiri di hadapannya adalah pemuda sahabatnya yang dulu lumpuh total. Namun di hadapannya kini ia dapat berjalan kembali dengan normal dan segar bugar. Allahu Akbar, sesungguhnya keimananlah yang dapat memunculkan keajaiban.

Spontanitas, Dr. Khalid menangis. Pertama dia menangis karena terharu dan senang akan karunia Allah berupa kesembuhan untuk sahabatnya itu. Kedua ia menangis untuk dirinya sendiri yang selama ini lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.

Ternyata, karunia untuk sahabatnya tidak hanya sebatas itu. Ia diterima sebagai delegasi Universitas Malik Su’ud Riyadh, kerajaan Saudi Arabia untuk melanjutkan studi magisternya. ”Dr. Khalid apa yang saya terima ini justru akan menjadi malapetaka bagi saya jika saya tidak mensyukurinya.” Paparnya kepada Dr.Khalid.

Setelah tujuh tahun, pemuda itu mengunjungi Dr. Khalid kembali dalam rangka mengantar kakeknya yang terkena penyakit hati. Dan Subhanallah, ia telah menjadi seorang mayor!

Dr.Khalid kembali meneteskan airmatanya. Ia berdoa kepada Allah agar pemuda itu selalu dalam kebaikan dan selalu istiqomah di dalam iman dan islam. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan permohonan setiap hambaNya.

(True Story , From : Khalid Abu Shalih)

Sumber : Majalah Elfata, Volume 07 2007 yang dipublikasikan kembali di Inspiring stories II, Facebook by Budi Hidayat

oOo

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya * Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya * Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan dan akan melipat gandakan pahala baginya”. [Ath-Thalaq :3 - 5]

” Allah adalah yang mencukupi orang yang bertawakal kepadanya dan yang menyandarkan kepada-Nya, yaitu Dia yang memberi ketenangan dari ketakutan orang ang takut, Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong dan barangsiapa yang berlindung kepada-Nya dan meminta pertolongan dari-Nya dan bertawakal kepada-Nya, maka Allah akan melindunginya, menjaganya, dan barangsiapa yang takut kepada Allah, maka Allah akan membuatnya nyaman dan tenang dari sesuatu yang ditakuti dan dikhawatirkan, dan Allah akan memberi kepadanya segala macam ebutuhan yang bermanfa’at.”

Dermawan Misterius

Penduduk Madinah gempar, pasalnya mereka mendapat kabar bahwa di rumah-rumah orang miskin selalu terkirim sekarung gandum yang digeletakan didepan pintu. Itu terjadi selama bertahun-tahun. Karung gandum itu datang lagi ketika persediaan gandum mereka sudah menipis.Seseorang telah mengirimkan gandum itu ketika mereka terlelap tidur.

Nampaknya lai-laki dermawan ini sangat hati-hati agar tidak dikenali masyarakat , Karena orang-orang selalu gagal memergoki Sang pengirim misterius ini. Padahal nereka hanya ingin mengucapkan terima kasih dan mengatakan betapa sangat berartinya sekarung gandum itu untuk keluarga mereka.

Walau berita ini menggemparkan, tapi sampai bertahun-tahun tidak ada seorangpun yang mengaku sebagai pengirim gandum tersebut. Memahami sang pengirim tidak mau diketahui identitasnya, maka penduduk miskin itu hanya mengirimkan doa ketika mendapati gandum tergeletak didepan pintu , agar Alloh SWT memuliakan sang dermawan di dunia dan di akhirat.

Suatu malam , setelah menyelesaikan sholat malam ,Zainal Abidin berjalan tertatih-tatih dalam kegelapan. Dia memastikan malam itu sepi dan tidak ada seorangpun di jalanan. Kakinya menahan beban berat yang dia pikul.

Tiba-tiba seseorang melompat dari semak belukar. Lalu menghadangnya! “Hei! Serahkan semua harta kekayaanmu! Kalau tidak…,” orang bertopeng itu mengancam dengan sebilah pisau tajam ke leher Zainal Abidin.

Beberapa saat Zaenal Abidin terperangah. “Ayo cepat! Mana uangnya?!” gertak orang itu sambil mengacungkan pisau. Zaenal Abidin dengan sekuat tenaga melemparkan karung itu ke tubuh sang perampok sehingga membuat orang bertopeng itu terjengkang keras ke tanah. Zaenal Abidin segera menarik topeng yang menutupi wajahnya.

“Siapa kau?!” tanya Zaenal Abidin sambil memperhatikan wajah orang itu.
“Ampun, Tuan….jangan siksa saya…saya hanya orang miskin…,”katanya ketakutan. “Kenapa kau merampokku?” Tanya Zaenal Abidin kemudian.
“Maafkan saya, terpaksa saya merampok karena anak-anak saya kelaparan,” sahutnya dengan wajah pucat.

“Baik! Kau kulepaskan. Dan bawalah karung makanan ini untuk anak-anakmu….” kata Ali Zaenal abidin.

Beberapa saat orang itu terdiam. Hanya memandangi Zaenal Abidin dengan takjub. “Sekarang pulanglah!” kata Zaenal Abidin. Orang itu pun bersimpuh di depan Ali sambil menangis. “Tuan, terima kasih! Tuan sangat baik dan mulia! Saya bertaubat kepada Allah…saya berjanji tidak akan mengulanginya,” kata orang itu penuh sesal.

Zaenal Abidin mengangguk–anggukkan kepalanya. “Hai, orang yang bertaubat! Sungguh, Allah Maha pengampun.”

“Aku minta, jangan kau ceritakan kepada siapapun tentang pertemuanmu denganku pada malam ini…,” kata Zaenal Abidin sebelum orang itu pergi. Pencuri itu pun berjanji. Pencuri Heran mengapa Zaenal Abidin melarang menceritakan pertemuannya malam itu…

oOo

Suatu ketika saat wafatnya Imam Ali Zainal Abidin, orang yang memandikan jenazahnya heran melihat bekas-bekas hitam di punggung jenazah Imam Ali Zaenal Abidin.

Lalu mereka pun bertanya,“Dari manakah asal bekas-bekas hitam ini? Ini seperti bekas benda yang dipikul setiap hari ? Dari mana beliau mendapat bekas ini? ” Orang-orang keheranan. mengingat Imam Ali Zaenal abidin adalah Ulama besar, tetapi memiliki punggung menghitam seperti pengangkut barang ( kuli ) pasar.

“Itu adalah bekas karung-karung tepung dan gandum yang biasa diantarkan Imam Ali Zaenal Abidin ke seratus rumah di Madinah pada malam hari ” kata mantan pencuri yang telah bertaubat itu dengan rasa haru. Ia membocorkan rahasia yang tak terpecahkan selama bertahun-tahun

Menangislah orang-orang miskin yang selama ini selalu mendapat bantuan dari Ali Zaenal Abidin. Mereka baru tahu darimana datangnya Gandum yang menghidup keluarga mereka selama ini. Selama bertahun-tahun mereka tidak berhasil memergoki Sang Dermawan Mulia untuk mengucapkan terima kasih. Mereka baru mengetahui Lelaki mulia itu adalah : Ali Bin Husein Bin Ali bin Abi Thalib . Cucu Sahabat Ali bin Abi Thalib RA , sekaligus Cicit dari Rosululloh SAW.

—————————————————————————————-
Berkata Ibnu ‘Aisyah: Ayahku berkata kepadaku: ”Saya mendengar penduduk Madinah berkata: ”Kami tidak pernah kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya Ali bin Husain” ( Sifatus Sofwah (2/96), Aina Nahnu hal. 9.)
—————————————————————————————-

“Zaenal Abidin” adalah gelar yang diberikan ummat islam kepada beliau. “Zaenal Abidin” artinya : Orang yang Indah Ibadahnya.Beliau juga punya gelas “As-sajad” artinya Orang yang lama sujudnya.Meninggal pada tahun 95 H/713 M dalam usia 57 tahun. Dimakamkan di pemakaman Baqi, Madinah.

Sumber : Sifatus Sofwah (2/96), Aina Nahnu/9
oOo

Dari Ibnu Mas’ud. Rasululloh SAW bersabda :”Sesungguhnya sedekah dengan tersembunyi memadamkan kemarahan Allah” (As-Shohihah 4/539, hadits no. 1908)

”Tujuh golongan yang berada dibawah naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah, Imam yang adil, dan seorang yang bersedekah lalu dia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya” [ HR Al-Bukhori (1423) dan Muslim (2377)]

Ya Alloh selamatkan amal-amal Kami, masukkan kami dalam hamba-Mu yang kau beri naungan di akhirat… amiin